Berita Terbaru :

Sabtu, 24 September 2011

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) dalam pembelajaran


A.Rasional Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran proses adalah pendekatan yang menekankan penggunaan keterampilan memproseskan perolehan dalam pembelajaran yang dikembangkan sebagai konsep terlaksana untuk menerapkan pendekatan CBSA. Oleh karena itu, alasan dikembangkannya PKP ini tidak berbeda secara rasional Pendekatan CBSA. Rasional penerapan PKP dalam pembelajaran (Conny Semiawan, dkk, 1985: 14-16; Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992/1993: 12-14) sebagai berikut ;
1.Percepatan perkembangan Ilmu pengetahuan menyebabkan bahan ajar, yang bersumber dari ilmu pengetahuan itu makin banyak (makin luas dan atau mendalam) sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep itu kepada muridnya dalam pembelajaran di sekolah. Kalau guru tetap berusaha mengajarkan semua fakta dan konsep itu, maka guru biasanya memilih cara praktis dengan metode ceramah. Akibatnya murid mengetahui banyak fakta dan konsep yang daiajarkan itu, tetapi murid tidak dilatih untuk menemukan dan atau mengembangkan fakta, konsep, dan atau prinsip, dengan kata lain, tidak dilatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
2.Perkembangan kognitif murid SD-MI yang masih berada pada tahap operasi konkrit sehingga masih memerlukan contoh nyata untuk dapat memahami konsep yang abstrak dan rumit, utamanya dengan memperaktekkan sendiri upaya menemukan konsep itu. Hal itu sesuai dengan salah satu prinsip PKP yakni perkembangan kognitif sesungguhnya dilandasi oleh gerakan dan perbuatan, seperti pendapat Jean Piaget “….. mengetahui sesuatu obyek tak lain daripada memperlakukannya”; esensi pengetahuan adalah aktivitas, baik fisik terutam mental. Tugas guru adalah menyiapkan suatu lingkungan belajar yang menggiring murid bertanya, mengamati, mengadakan percobaan, dll untukn menemukan fakta, konsep, dan atau prinsip. Murid mulai belajar menjadi seorang ‘ilmuwan’.
3.Penemuan ilmu pengetahuan hanyalah suatub kebenaran relatif yang masih tetap terbuka untuk dikaji dan diuji kembali. Hal tersebut menuntut suatu sikap ilmiah dari para ilmuwan yakni mampu dan mau mengkaji dan menguji kembali sesuatu yang telah dianggap benar. Sikap ilmiah itu seharusnya mulain ditanamkan pada setiap murid SD-MI. Dari sisi ini, murid mulai dibiasakan untuk mempertanyakan dan mencari kemungkinan-kemingkinan lain, dengan kata lain, murid dibiasakan untuk berpikir dan bertindak kreatif.
4.Setiap pembelajaran harus tetap berusaha untuk mengembangkan kepribadian murid secara holistic. Meskipun suatu pembelajaran berada dikawasan ranah ataub psikomotorik. PKP yang menekankan pengembangan keterampilan memproseskan perolehan (kawasan Psikomotorik ; ketrampilan fisik/intelektual) akan berperan sebagai wahana penyatukait antara pengemabangan konsep (ranah kognitif) dan pengembangan sikap dan nilai (ranah efektif).
Demikianlah beberapa alasan yang mendorong dikembangkannya PKP sebagai konsep terlaksananya penerapan Pendekatan CBSA, namun bukanlah pengaktifan murid yang “…. Tanpa isi, tanpa pesan, tanpa rancangan, dan tanpa arah. ……(tetapi) yang dipraktekkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan proses perolehan.” (Conny Semiawan, dkk, 1985 :16). Pembelajaran aktif bermakna itu menuntut aktivitas murid yang bukan hanya bersifat fisik, melainkan yang utama adalah keterlibatan mental (intelektual dan atau emosional). Pembelajaran yang bermakna itu akan menumbuhkan prakarsa dan kreativitas murid dalam pembelajaran, serta akan mendorong perkembangan mental yang kadarnya tinggi dalam 2 (dua) komponen penting yakni
a.Berpikir kritis dalam mencari kebenaran fakta, konsep, prinsip dan atau teori.
b.Kreativitas dalam mencari kebermakanaan (siler, 1990, dan lipman, 1991, dari Corny R.Semiawan, 1993: 17-19). Seperti diketahui, proses berpikir dapat dibedakan dalam 2 (dua) fungsi utama, yakni
-Berpikir kritis, rasional logis, konvergen (memusat) sebagai fungsi utama dari belahan otak kiri, dan
-Berpikir kreatif, divergen (memancar) sebagai fungsi utama dati otak kanan.
Kedua sisi fungsi berpikir itu saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan, dan keduanya seharusnya dikembangkan secara seimbang, serasi dan selaras dalam pembelajaran SD-MI, diperoleh kesan bahwa berpikir kreatif belum cukup dikembangkan.

B.Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penerapan berbagai keterampilan memproseskan perolehan dalam pembelajaran itu. “keterampilan memproseskan perolehan adalah suatu konsep terlaksana yang dapat membantu kita untuk menerpkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) …” (cony semiawan, 185: 3). Penerapan PKP dalam pembelajaran member penekanan agar dalam pembelajaran itu para murid dilatihkan keterampilan-keterampilan mendasar yang biasa dipergunakan para ilmuwan dalam menghasilkan penemuan-penemuan besar dalam ilmu pengetahuan, seperti: ‘pemutarnbalikan’ Copernicus yang mengemukakan bahwa bukan matahari yang mengedari bumi (seperti anggapan umum pada saat itu) tetapi terbalik: bumi yang mengedari matahari, atau penemuan ketidaksadaran (Id/Das Unbewuzte) oleh Sigmund Freud dengan aliran Psikonalisa, atau penemuan gagasan koperasi olehb Muhammad Hatta (Bung Hatta), dsb penemuan-penemuan besar itu dilakukan karena para ilmuwan tersebut menguasai berbagai keterampilan mendasar (fisik dan atau mental), meskipun penguasaan fakta, konsep, prinsip dan atau teori dalam bidangnya mungkin masih terbatas.
Keterampilan-keterampilan mendasar yang dikuasai para ilmuwan itu pada prinsipnya terdapat juga dalam diri anak, hanya masih potensial dan atau masih sederhana dan belum berkembang. Kalau diperhatikan seorang anak dan seorang ilmuwan menyelidiki sesuatu disekitarnya, umpama seekor kupu-kupu, maka keduanya didorong oleh hasrat ingin tahu yang besar, serta pada dasarnya keduanya menggunakan keterampilan proses yang sama, yakni kemungkinan keduanya mengamati, menghitung, mengukur, dsb. Perbedaannya hanyalah bahwa para ilmuwan menggunakan keterampilan prose situ dengan lebih intensif dan berkualitas.
Para ilmuwan bekerja dengan landasan teoritis, lebih terarah dan sistimatis, seperti : ilmuwan itu merumuskan masalah, membuat hipotesis, melakukan penelitian/eksperimen, serta mengumpulkan, mengolah, dan menginterprertasi data, dan sebagainya,. Intensitas dan kualitas penguasaan keterampilan proses itulah yang mengahantar para ilmuwan mengahsilkanm penemuan-penemuan bear dalam ilmu pengetahuan.
Pembelajaran di SD-MI seyogianya secara dini menumbuhkan dan menerapkan PKP dalam pembelajarannya. Dengan penerapan PKP dalam sendiri fakta, konsep, dan atau prinsip (pengembangan pengetahuan-pemehaman dalam rannah kognitif), dan seiring dengan itu, pembelajaran itu berangsur tapi berlanjut akan mengembangkan sikap dan nilai pada siswa yang relevan seperti cermat, teliti, jujur, dan sebagainya. Dengan kata lain, pembelajaran yang semula menggunakan berbagai keterampilan proses ( fisik, social, dan intelektual dalam ranah psikomotorik), akan mengahantar murid pada suatu pengetahuan-pemahaman (dalam ranah kognitif), serta seiring dengan itu menumbuhkan pula sikap dan nilai yang relevan (dalam ranah Afektif). “ seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar-mengajar seperti ini akan menciptakan kondisib cara belajar siswa aktif. Inilah sebenarnya yang dmaksudkan dengan Pendekatan Proses” (conny semiawan, dkk, 1985: 18).. pendekatan prose situ akan mengembangkan kreativitas murid, yang pada gilirannya, akan menjadi landasan untukn pengembangan kepribadiaannya secara keseluruhan.
Terdapat beberapa manfaat yang dapat dicapai dengan menerapkan PKP dalam pembelajaran di SD-MI (Funk, 1985: dari Moedjiono dan Moh. Djimyati, 1992/1993: 14) sebagai berikut :
1.Dengan penerapan PKP dalam pembelajaran, murid akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan.
2.Dengan penerapan PKP dalam pembelajaran berarti murid bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekadar memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan itu.
3.Dengan penerapan PKP dalam pembelajaran , murid secara serentak belajar tentang proses dan produk ilmu pengetahuan.
Penerapan PKP dalam pembelajaran akan menempatkan murid sebagai ‘ilmuwan’ dalam mengetahui ilmu pengetahuan itu, dengan kata lain, murid berperan sebagai produsen bukan sekadar penerima ilmu pengetahuan.
Keterampilan Proses dan Penerapannya dalam Pembelajaran SD-MI
Keterampilan proses adalah keterampilan mendasar yang dipergunakan para ilmuwan untukn menghasilkan pertemuan penting dalam ilmu pengetahuan. Keterampilan itu seyogyanya diterapkan dalam pembelajaran di SD-MI sehingga murid dapat memproseskan perolehannya, dan seiring dengan itu mulai mengembangkan keterampilan proses tersebut secara bertahap dan berlanjut sehingga makin berkualitas mendekati kualitas keterampilan yang dimiliki para ilmuwan.

C.Jenis-jenis keterampilan Proses
Terdapat berbagai keterampilan proses yang perlu diterapkan dalam pembelajaran yang menggunakan Pendekatan Keterampilan Prose situ (conny semiawan, dkk, 1985: 19-43; Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992/1993: 15-19) sebagai berikut :
1.Observasi atau pengamatan
Sebagai keterampilan ilmiah yang mendasar, mengobservasi atau mengamati adalah penggunaan semua alat indera (untuk melihat, mendengar, meraba, mencium, dan atau mengecap) dengan seksama untuk memilah-milahkan sesuatu yang penting dari yang kurang/tidak penting. Murid dalam kehuidupannya sehari-hari pasti banyak melihat benda, binatang, tumbuhan, dan atau orang di sekitarnya, atau mendengar kicauan burung, bunyi klakson kendaraan, dll itu hanya sepintas dan kurang saksama, sehingga kegiatan itu bukan observasi atau pengamatan. Prasyarat utama dalam observasi adalah pemusatan perhatian, ketelitian, dan kecermatan dalam melihat, mendenga, dan sebagainya sehingga dapat memilihkan yang penting dari yang lainnya. Murid seharusnya dilatih melalui pembelajaran untuk melakukan observasi atau pengamatan dengan cermat dan terarah, dan tidak sekadar melihat/mendengar sesuatu itu sepintas lalu.
2.Penghitungan
Menghitung merupakan keterampilan mendasar yang banyak sekali dipergunakan para ilmuwan dalam bekerja. Oleh karena itu, menghitung harus dilatihkan melalui pembelajaran di SD-MI, bukan hanya dalam pembelajaran matematika tetapi juga pembeljaran lainnya, seperti dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (menghitung jumlah daun, kaki belalang, dsb), pembelajaran ilmu pengetahuan sosial(menhitung jumlah anggota keluarga, penduduk satu wilayah), pembelajaran Bahasa Indonesia (menghitung jumlah kata dalam setiap kalimat, jumlah kalimat dalam satu alinea, dsb), dan lain-lain. Hasil perhitungan itu dapat dilaporkan dengan membuat table, grafik, dan atau histogram, tingkat kesulitan penghitungan itu harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid, di kelas-kelas awal dengan penghitungan sederhana, sedangkan untuk kelas-kelas lanjut dengan penghitungan dan cara pelaporan yang lebih rumit.
3.Pengukuran
Keterampilan pengukuran adalah salah satu ketrampilan penting dan banyak dipergunakan para ilmuwan dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, keterampilan pengukuran harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran di SD-MI. Pengukuran didasarkan pada perbandingan, seperti membandingkan panjang, luas, volume dari benda, membandingkan kecepatan, suhu, dan sebagainya. Melatih murid melakukan berbagai pengukuran haruslah menjadi bagian penting dalam pembelajaran SD-MI. Pelatihan pengukuran itu dilakukan secara bertahap, pada awlanya hanya membandingkan panjang, besar, dll bertahap benda di sekitarnya, kemudian mulai diperkenalkan dengan ukuran seperti meter, gram, liter, dll yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid.
4.Klasifikasi
Keterampilan klasifikasi atau menggolongh-golongkan sesuatu merupakan pekerjaan rutin serang ilmuwan, dan karena itu Murid SD-MI sejak harus diperkenalkan dengan keterampilan klasifikasi ini. Murid harus terlatih melihat persamaan dan perbedaan sesuatu sebagai dasar klasifikasi itu, baik berdasarkan cirri khusus, tujuan, maupun untuk kepentingan tertentu. Melalui  pembelajaran, murid ditugaskan melakukan penggolongan berbagai benda di sekitarnya, umpama daunan berdasarkan bentuknya, dan sebagainya. Dengan demikian, murid akan terlatih mengamati sesuatu secara cermat, mengenal persamaan dan perbedaan benda-benda tersebut, serta mampu menggolong-golongkannya sesuai cirri-ciri khususnya masing-masing. Di kelas awalm, cara klasifikasi yang ditugaskan masih sederhana, dan makin lanjut kelas dan dengan kemampuan murid yang mulai berkembang, tugas klasifikasi makin sulit, baik isi tugasnya maupun cara pengolahan hasil klasifikasi itu dalam pelaporan.
5.Pengenalan Ruang dan Waktu serta Hubungan Keduanya
Keterampilan berkaitan dengan pengenalan bentuk-bentuk ruang (lingkaran, persegi empat, segi tiga, kubus, silinder, dll termasuk keterampilan yang sering dipergunakan ilmuwan dalam bekerja. Olehb karena itu, keterampilan ini perlu dilatihkan kepada murid SD-MI melalui pembelajaran, seperti menetapkan bentuk suatu ruang benda, arah suatu gerakan, lamanya waktu yang dipakai untuk mengelilingi lapangan olahraga dengan berjalan kaki dan sebagainya.
6.Pembuatan Hipotesis
Pembuatan hipotesis merupakan keterampilan yang sangat penting bagi seorang ilmuwan. Suatu hipotesis adalah suatu perkiraan ilmiah tentang pemecahan suatu masalah, penjelasan suatu keadaan, dll yang selanjutnya di uji kebenarannya melalui penelitian, eksperimen, dan sebagainya. Murid SD-MI perlu memperoleh latihan untuk membuat hipotesis yang kemudian di uji dengan eksperimen sederhana melalui berbagai pembelajaran di sekolah. Sebagai contoh : karena setiap pembakaran memerlukan oksigen yang ada di udara, maka lilin yang menyala akan mati apabila ditutup rapat; atau lilin menyala yang penutupnya kecil akan padam lebih dahulu dari pada lilin menyala yang penutupnya lebih besar. Karena tanaman memerlukan air, maka tanaman yang disiram teraturakan lebih subur dari pada tanaman yang kurang/jarang disiram (dengan catatan: kedua tanaman itu ditempatkan pada tempat yang tidak kena hujan).
Pembuatan dan pengujian hipotesis melalui eksperimen akan menumbuhkan/mengembangkan berbagai keterampilan mendasar seperti yang diperlukan para ilmuwan dalam bekerja, tetapi juga murid akan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ilmiah, serentak dengan itu, akan menumbuhkan/mengembangkan sikap ilmiah.
7.Perencanaan Penelitian/Eksperimen
Eksperimen atau percobaan dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kebanyakan melakukannya secara trial and error saja. Demikian pula dengan anak, sering melakukan percobaan trial and error dengan mainannya, dengan binatang peliharaannya, dan sebagainya. Berbeda dengan kebanyakan orang, para ilmuwan melakukan eksperimen dalam rangka penelitian untuk menguji hipotesisnya. Para ilmuwan melakukan penelitian/eksperimen dilandasi oleh dasar teoritis, serta dilakukan secara sistematis dan terarah yang dipandu oleh hipotesisnya. Oleh karena itu, pembelajaran di SD-MI seharusnya meningkatkan kemampuan murid yang biasa melakukan percobaan secara Trial and Error saja menjadi suatu eksperimen yang dipandu oleh suatu hipotesis yang dilandasi dasar teoritis, dan dilakukan secara sistematis dan terarah. Melalui pembelajaran, disamping seperti; jumlah anak dari setiap orang tua murid dikelasnya, tinggi badan seluruh murid dikelasnya dan sebagainya. Dapat pula melakukan penelitian yang lebih rumit, umpama hubungan antara tinggi badan seseorang dengan berat badan seseorang, hubungan antara tinggi badan dengan nomor sepatu yang dipakainya, dan sebagainya. Perlu ditekankan bahwa setiap penelitian harus didahului oleh perencanaan yang matang, sehingga perencanaan itu dapat berlangsung seperti yang diinginkan.
8.Pengendalian Variabel
Pengendalian variabel atau faktor yang berpengaruh dalam penelitian/eksperimen merupakan salah satu keterampilan mendasar yang dilakukan para ilmuwan dalam melaksanakan penelitian/eksperimen itu. Pengendalian variabel meliputi variabel bebas maupun variabel tergantung (variabel eksperimen). Pengendalian variabel, baik variabel bebas maupun variabel tergantung, sangat penting dalam setiap eksperimen. Dengan demikian, murid perlu segera diperkenalkan dengan keterampilan pengendalian variabel itu melalui pembelajaran di SD-MI. keterampilan pengendalian variabel dilatihkan secara langsung sewaktu murid melakukan eksperimen. Sebagai contoh eksperimen tentang pentingnya berbagai jenis pupuk bagi tanaman: variabel tergantung (variabel yang akan diteliti adalah pupuk), sedang variabel bebas adalah semua hal yang terkait dengan tanaman, kecuali pupuk, seperti bibit tanaman, tanahb tempat menanam, curah hujan atau penyiraman, sinar matahari, dan sebagainya. Dalam eksperimen, murid berlatih mengedalikan variabel bebas agar hal-hal itu sama untuk semua tanaman (baik tanaman percobaan maupun tanaman lain sebagai pembanding), demikian juga dengan variabel tergantung (variabel yang akan dicobakan) yakni penggunaan berbagai jenis pupuk pada beberapa tanaman yang berbeda dan yang tidak dipupuk. Setelah beberapa minggu, keadaan tanaman yang dipupuk. Setelah beberapa minggu, keadaan tanaman yang dipupuk dengan pupuk yang berbeda dan yang tidak dipupuk dibandingkan, sehingga akan dapat disimpulkan tentang
-Pengaruh pupuk terhadap kesuburan tanaman, dan
-Jenis pupuk yang lebih menambah kesuburan tanaman.
Dengan latihan pengendalian variabel dalam berbagai eksperimen, murid akan lebih menguasai keterampilan pengendalian variabel itu.
9.Interpasi Data
Keterampilan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan kunci dalam keberhasilan ilmuwan dalam pekerjaannya. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian/eksperimen harus dapat diinterpensi/ditafsirkan dengan cara-cara sesuai kaidah ilmiah. Pembelajaran di SD-MI seyogiyanya melatih murid untuk menguasai keterampilan interpretasi data ini. Data yang telah dikumpulkan melalui berbagai kegiatan seperti: perhitungan, pengukuran, eksperimen, dan atau penelitian sederhana, diolah dan disajikan dalam berbagai cara seperti : tabel, grafik, diagram, dan atau histogram, yang selanjutnya diinterpretasikan dalam berbagai kesimpulan.
Umpamanya, pengukuran tinggi badan murid satu kelas itu, dan sebagainya. Dengan pembelajaran yang member peluang untuk berlatih menginterpretasi data, murid akan terbiasa membuat kesimpulan yang sesuai dengan kaidah ilmiah, dan bukannya kesimpulan yang direka-reka saja.
10.Kesimpulan Sementara
Keterampilan membuat kesimpulan sementara atau referensi sering dipergunakan para ilmuwan dalam suatu penelitian, suatu kesimpulan yang masih akan diuji selanjutnya untuk menjadi kesimpulan akhir. Murid dilatih untuk membuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi atau data yang dimilikinya pada suatu waktu tertentu, yang masih akan diuji kembali dengan diperolehnya informasi/data tambahan. Umpamanya guru menyebutkan tiga ciri suatu hewan (seperti, berkaki empat, lebih besar dari kambing, biasa jadi pacuan), dan murid menebaknya (kuda). Kesimpulan sementara itu diselidiki kebenarannya dengan mencari informasi atau data tambahan, seperti tidak bertanduk, mudah djinakkan dan sebagainya.
11.Peramalan
Baik ilmuwan maupun orang awam biasa membuat peramalan. Perbedaannya terletak pada dasar peramalan itu. Peramalan orang awam biasanya didasarkan pada pengalamannya, seperti kalau menung akan terjadi hujan, kalau panen padi gagal akian terjadi harga beras naik dan sebagainya. Peramalan para ilmuwan biasanya didasarkan fakta atau data yang talah dikumpulkannya melalui observasi, pengukuran, eksperimen, dan lain-lain yang memperlihatkan suatu kecenderungan gejala tertentu. pembelajaran di SD-MI harus member peluang kepada murid untuk berlatih membuat peramalan yang didasarkan pada informasi atau data yang telah tersedia. Umpama dapat membuat peramalan benyaknya curah hujan bulan ybs tahun ini. Demikian pula dengan informasi lainnya yang tersedia dapat dijadikan dasar untuk membuat peramalan.
12.Penerapan (aplikasi)
Para ilmuwan pada umumnya menguasai keterampilan untuk mengaplikasikan suatu konsep, prinsip, dan atau teori untuk memcahkan suatu masalah, menjelaskan suatu peristiwa baru dan sebagainya. Pembelajaran di SD-MI seharusnya melatihb muridnya untuk menggunakan keterampilan penerapan ini, baik dengan langsung melakukannya maupun dengan menunjukkan bukti penerapan itu di sekitarnya. Beberapa contoh seperti konsep yang menyatakan bahwa udara mempunyai tekanan dapat diterapkan dengan memompa ban sepeda agar dapat mengalir keseluruh bagian rumah (untuk cadangan air di rumah tinggal) atau keseluruh bagian kota ( untuk cadangan air Perusahaan Air Minum atau PDAM)
13.Komunikasi
Keterampilan komunikasi selalu dipergunakan para ilmuwan untuk menyampaikan gagasan, hasil penelitian, penemuan, dan lain-lain kepada orang lain, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya dilengkapi dengan penyajian data dalam bentuk gambar, model, table, grafik, diagram dan sebagainya yang akan memudahkan orang lain untuk memahami apa yang dikomunikasikan itu. Keterampilan komunikasi ini mutlak dikuasai oleh para ilmuwan, agar gagasan, penemuan dan sejenisnya dapat tersebar luas dan diketahui orang lain. Murid SD-MI perlu dibiasakan mengkomunikasikan gagasan, hasil pengamatan, pengukuran, dan atau eksperimen, dan sebagainya yang sesuai kaidah komunikasi ilmiah. Dengan bimbingan guru, murid harus melengkapi laporannya dengan penyajian data yang relevan dengan laporan itu, seperti gambar, table, grafik, dan lain-lain. Demikian juga keterampilan proses yang selalu dipakai oleh para ilmuwan untuk menguasai keterampilan komunikasi ini, baikn lisan maupun tertulis.
Demikianlah berbagai jenis keterampilan proses yang selalu dipakai oleh para ilmuwan untuk menghasilkan temuan-temuan penting yang telah mengabdikan namanya dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Murid-murid SD-MI secara dini, bertahap tetapi berlanjut harus diberi peluang untuk menguasai keterampilan proses tersebut melalui pembelajaran di sekolah. Pengembangan keterampilan proses secara dini harus telah dimulai di kelas-kelas awakl dengan memilih keterampilan yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan murid-murid yang bersangkutan, seperti keterampilan mengobservasi, perhitungan, klasifikasi, komunikasi dan sebagainya. Untuk kelas-kelas lanjut harus dilatihkan berbagai keterampilan proses lainnya yang lebih sulit dan rumit: hal itulah yang dimaksudkan dengan latihan melalui pembelajaran secara bertahap tetapi berlanjut. Pengembangan berbagai keterampilan proses tersebut adalah hasil akumulasi dari diterapkannya PKP itu melalui berbagai pembelajaran dalam berbagai bidang study.

D.Penerapan keterampilan proses dalam rencana pelakasanaan pembelajaran di SD-MI
Setiap pembelajaran selalu berlangsung selama 3 tahapan utama yakni perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Kajian tentang penerapan PKP itu dibatasi hanya pada tahap perencanaan saja, dengan catatan: anda dipersilahkan mempraktekkannya bagi yang berkesempatan dan mau melaksanakan pembelajaran sesuai dengan gagasan yang dikaji pada tahap perencanaan ini. Anda dapat mengadakan penyesuaian situasional (penyesuaian sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di sekolah/kelas tempat pelaksanaan pembelajaran itu). Selanjutnya, kalau pembelajaran itu sementara dilaksanakan dan memerlukan revisi dari rencana semula, silahkan mengadakan penyesuaian transaksional (penyesuaian karena kebutuhan nyata sementara pembelajaran berlangsung).
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harus didahului dengan beberapa kegiatan sebelum mulai merancang pembelajaran itu. Kegiatan sebelum peranangan itu, antara lain sebagai berikut :
-Pemahaman yang tepat tentang kurikulum, utamanya silani, yang menjadi acuan dalam pembelajaran yang akan direncanakan itu; kaji dengan cermat kompetensi, indicator, pengalaman belajar, materi pokok, dan lain-lain. Pilih pengalaman belajar dan materi pokok yang cocok untuk penerapan PKP dalam pelaksanaan pembelajaran itu.
-Pemahaman yang tepat tentang tingkat perkembangan dan kemampuan murid yang akan mengikuti pembelajaran it, utamanya tentang kemampuan awalnya.
-Fasilitas pembelajaran yang tersedia/dapat disediakan  dan dapat dipergunakan dalam pembelajaran: sumber belajar, media pembelajaran, alat dan bahan yang diperlukan.
Selanjutnya, pilih keterampilan proses yang sesuai dengan keputusan pembelajaran berdasarkan hasil kajian Butir 1,2 dan 3 tersebut diatas. Setelah langkah persiapan itu tuntas, mulaialah merancang pembelajaran, dan setelah rancangan itu jelas barulah mulai penyusunan/penulisan rencana pelaksanaan pembelajaran itu.

Baca juga tulisan menarik lainnya

Comments
18 Comments

18 komentar: