BAB III
PERUMUSAN
MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Setelah Mahasiswa mengikuti perkuliahan
diharapkan mampu :
1. Menjelaskan
Pembatasan masalah dalam penelitian
kualitatif
2. Mengidentifikasi
model perumusan masalah
3. Mendeskripsikan
sumber-sumber masalah penelitian
4. Mengklasifikasikan
prinsip-prinsip perumusan masalah
5. Menjelaskan
langkah-langkah perumusan masalah
|
A.
Pembatasan Masalah Study Melalui Fokus
Masalah dalam penelitian
kualitatif bertumpu pada suatu fokus. Pada dasarnya penentuan masalah menurut
Lincoln & Guba ( 1985 : 226 ) bergantung pada paradigma apakah yang dianut
oleh seorang peneliti. Maka ada 3 macam masalah :
·
Masalah untuk peneliti
·
Evaluands untuk evaluator
·
Pilihan kebijaksanaan
Masalah adalah suatu keadaan yang
bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi
yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk
mencari sesuatu jawaban ( Guba, 1978 : 44; Linclon dan Guba, 1985 : 218 ;
dan Guba Linclon, 1981 : 88).
Tujuan suatu penelitian ialah upaya untuk
memecahkan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan
sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami
atau menjelaskan factor – factor yang berkaitan yang ada dalam masalah
tersebut. Jadi, proses tersebut berupa proses dialektik yang berperan sebagai
proposisi terikat dan antithesis yang membentuk masalah berdasarkan usaha
sintesis tertentu.
Dua maksud yang ingin dicapai peneliti
dalam merumuskan masalah penelitian :
1. Penetapan focus dapat membatasi
study. Jadi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri.
2. Penetapan focus itu berfungsi untuk
memenuhi kriteria inklusi – ekslusi atau kriteria masuk – keluar suatu
informasi yang baru diperoleh di lapangan.
Penetapan focus atau masalah dalam
penelitian kualitatif bagaimana pun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti
sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Dengan demikian kepastian
tentang fokus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan di lapangan.
Perumusan masalah yang bertumpu pada
fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya penyempurnaan
rumusan fokus atau masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah
berada di latar penelitan.
Pembatasan masalah merupakan tahap yang
sangat menentukan dalam penelitian kualitatif, walau pun sifatnya masih
tentatif, sehingga dapat ditarik kesimpulan penting yaitu:
Pertama, suatu penelitian tidak dimulai
dari sesuatu yang vakum ( kosong ). Kedua, focus pada dasarnya adalah masalah
pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang
diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. Ketiga,
tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang telah
dirumuskan. Keempat, masalah yang bertumpu pada focus yang ditetapkan bersifat
tentatif, dapat diubah sesuai dengan situasi latar penelitian.
B.
Model Perumusan Masalah
Salah satu teknik yang sering digunakan
dalam proses penelitian adalah membuat model obyek yang akan diselidiki. Karena
model itu merupakan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan
berbagai aspek kenyataan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan
berbagai aspek yang diselidiki. Salah satu alasan utama pengembangan model
adalah untuk lebih memudahkan pencarian variabel-variabel yang penting dan
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
C.
Menemukan
Sumber – Sumber Masalah Penelitian
Kriteria Analisis
ü Rumusan masalah tersebut telah
menghubungkan dua atau lebih hal atau factor (defenisi masalah)
ü Rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian
ü Uraian dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai
pertanyaan penelitian
ü Uraian masalah dipaparkan secara
khusus sehingga telah dapat memenuhi criteria inklusi – ekslusi.
ü Hipotesis kerja dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan
dengan masalah penellitian
ü Pembatasan study dinyatakan dengan istilah focus
Sumber masalah biasanya dapat
diangkat menjadi topik dari sebuah penelitian, ada beberapa sumber masalah,
antara lain :
ü Kehidupan sehari-hari
Berasal dari hal-hal yang menjadi
kebiasaan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
ü Masalah praktis
Masalah yang harus diselesaikan yang
cepat, sehingga masalah tesebut tidak berlarut-larut menjadi masalah.
ü Hasil penelitian sebelumnya
Masalah yang peneliti rasa tidak
tuntas diteliti oleh penelitian sebelumnya, seperti penelitian pada jurnal,
skripsi, tesis, disertasi ataupun penelitian lainnya.
ü Teori
Bedasarkan teori yang telah ada dan
diakui. Biasanya peneliti ingin mencari hubungan antara teori-teori tersebut
untuk mendapatkan teori baru.
D.
Prinsip –
prinsip Perumusan Masalah
1. Prinsip yang Berkaitan dengan Teori
dari Dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari
bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan
teori dari dasar sebagai acuan utama. Perumusan masalah adalah sekadar arahan
pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya.
Masalah sesungguhnya baru akan dapat dirumuskan apabila peneliti sudah berada
dan mulai, bahkan sedang mengumpulkan data.
2. Prinsip yang Berkaitan dengan Maksud
Perumusan Masalah
Perumusan masalah di sini bermaksud
menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori substantif, yaitu teori yang
bersumber dari data.
v Peneliti merumuskan masalah dengan
maksud menguji suatu teori dengan menyadari segala macam kekurangan akibat
tindakannya.
v Penekanan pada suatu usaha penemuan
dapat membawa peneliti untuk juga dapat menguji suatu teori yang sedang
berlaku.
v Masalah yang dirumuskan dan mungkin
disempurnakan akan berfungsi sebagai patokan untuk keperluan mengadakan
analisis data dan kemudian menjadi hipotesis kerja.
3. Prinsip Hubungan Faktor
Faktor – faktor di sini dapat berupa
konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena.Ada 3 aturan tertentu yang perlu
dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan maslah tersebut :
a.
Adanya
dua atau lebih faktor
b.
Faktor
– factor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna.
c.
Hasil
pekerjaan tadi menghubungkan suatu keadaan yang menimbulkan tanda tanya atau
hal yang membingungkan, jadi suatu keadaan bersifat tanda tanya, yang
memerlukan pemecahan atau upaya untuk menjawabnya.
Jadi, walaupun ada factor – factor, jika
tidak dikaitkan satu dengan lainnya secara bermakna, hal itu berarti belum
memenuhi persyaratan.
4. Fokus sebagai wahana untuk membatasi study
Peneliti kualitatif bersifat terbuka
artinya tidak mengharuskan peneliti menganut suatu orientasi teori atau
paradigma tertentu. Peneliti boleh memilih paradigma ilmiah, alamiah ataupun
paradigm tengah.
Perumusan masalah bagi peneliti akan
mengarahkan dan membimbing pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan
dipillih dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia.
5. Prinsip yang berkaitan dengan
inklusi – ekslusi
Perumusan focus yang baik yang dilakukan
sebelum peneliti ke lapangan dan yang mungkin disempurnakan pada awal ia terjun
ke lapangan akan membatasi peneliti guna memilih mana data yang relevan dan
mana yang tidak. Data yang relevan dimasukkan dan dianalisis sedangkan yang
tidak relevan dengan masalah dikeluarkan.
Masalah yang dirumuskan secara jelas dan
tegas akan merupakan alat yang ampuh untuk memilih data yang relevan.
6. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk
dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah :
Secara diskusi, cara penyajiannya
adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti dengan
pertanyaan – pertanyaan penelitian
Secara
proposional, secara langsung menghubungkan factor – factor dalam hubungan logis
dan bermakna
Secara
gabungan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan
lagi dalam bentuk proposisional.
7. Prinsip sehubungan dengan posisis perumusan masalah
Yang dimaksud dengan posisi disini adalah
kedudukan untuk perumusan masalah diantara unsur – unsur peneliti lainnya.
Unsur – unsur penelitian lainnya yang erat kaitanya dengan rumusan masalah
ialah latar belakang masalah, tujuan, dan acuan teori dan metode penelitian.
§ Prinsip posisi menghendaki agar
rumusan latar belakang penelitian didahulukan.
§ Prinsip lainnya ialah hendaknya
rumusan masalah disusun terlebih dahulu
§ Prinsip berikutnya menghendaki agar
sebaiknya rumusan masalah dipisahkan dari rumus dan tujuan
§ Prinsip terakhir menghendaki agar
seharusnya rumusan masalah dipisahkan dari metode penelitian.
8. Prinsip yang berkaitan dengan hasil
penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak
bias dipisahkan dari hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan, karena
diperlukan untuk lebih mempertajam perumusan masalah itu, serta mengarahkan dan
membimbing peneliti untuk membentuk kategori substantif.
9. Prinsip yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa
Perumusan masalah dilakukan pada waktu
mengajukan usulan penelitian dan diulangi kembali pada waktu menulis laporan.
Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian, ketika
merumuskan masalah, hendaknya peneliti memmpertimbangkan ragam pembacanya,
sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat
kemampuan menyimak para pembacanya. Dengan kata lain, penulisan perumusan
masalah harus disesuaikan dengan tingkat keumumannya para pembaca.
E.
Langkah – langkah Perumusan Masalah
Langkah 1 : Tentukan fokus penelitian
Langkah 2 : Cari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitan
dengan focus tersebut
yang dalam hal ini dinamakan subfokus
Langkah 3 : Dari antara factor – factor yang terkait adakan
pengkajian mana yang
sangat menarik untuk ditelaah, kemudian
tetapkan mana yang dipilih
Langkah 4 : kaitkan secara logis factor – factor subfokus yang
dipilih dengan focus penelitian.
Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini
dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan Pembatasan masalah dalam penelitian kualitatif ?
2. Identifikasi model-model perumusan
masalah ?
3. Deskripsikanlah sumber-sumber
masalah penelitian ?
4. Klasifikasikanlah prinsip-prinsip perumusan masalah ?
5. Jelaskan langkah-langkah perumusan
masalah ?
https://titandijital.com.tr/
BalasHapustrabzon parça eşya taşıma
zonguldak parça eşya taşıma
kayseri parça eşya taşıma
edirne parça eşya taşıma
S35GCL