Berita Terbaru :

Sabtu, 13 April 2013

JENIS-JENIS PENELITIAN KUALITATIF (BUKU AJAR PART 2)

BAB II
JENIS-JENIS PENELITIAN KUALITATIF
    Setelah Mahasiswa mengikuti perkuliahan diharapkan mampu :
1. Menyebutkan Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
2. Menjelaskan Jenis-jenis penelitian kualitatif
3. Mennjelaskan kelebihan & kelemahan study kasus
4. Mengidentifikasi contoh Study Kasus dalam bidang pendidikan
 
      Jenis penelitian kualitatif, yakni etnografi (ethnography), studi kasus (case studies), studi dokumen/teks (document studies), observasi alami (natural observation), Grounded theory & Fenomenologi.

A.    ETNOGRAFI (ETHNOGRAPHY)
      Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok social. Etnografi juga merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Para ahli menyebutnya sebagai penelitian lapangan, karena memang  dilaksanakan di lapangan dalam latar alami. Peneliti mengamati perilaku seseorang atau kelompok sebagaimana apa adanya. Peneliti meneliti cirri khas dan kebiasaan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Data diperoleh dari observasi sangat mendalam sehingga memerlukan waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota kelompok budaya secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara jeli. Tidak seperti jenis penelitian kualitatif yang lain dimana lazimnya data dianalisis setelah selesai pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi dianalisis di lapangan sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data dikumpulkan. Penelitian etnografi bersifat antropologis karena akar-akar metodologinya dari antropologi. Para ahli pendidikan bisa menggunakan etnografi untuk meneliti tentang pendidikan di sekolah-sekolah pinggiran atau sekolah-sekolah di tengah-tengah kota.
      Artinya etnografi ini lebih terkhusus kepada apa yang menjadi pedoman bagi masyarakat dan dinamika-dinamika social yang ada di masyarakat. Seperti yang dikatakan bahwa etnografi cocok digunakan di bidang pendidikan, karena sekolah-sekolah mempunyai satu cirri khas tersendiri artinya sekolah memiliki kebudayaan tersendiri yang tidak melupakan kebudayaan yang ada didaerah setempatnya.

B.     STUDI KASUS (CASE STUDIES)
      Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif. Studi kasus bisa dipakai untuk meneliti sekolah di tengah-tengah kota di mana para siswanya mencapai prestasi akademik luar biasa.
      Studi kasus dapat juga digunakan untuk meneliti bagaimana aspek psikologis siswa yang bermasalah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu contoh studi kasus yang saat ini banyak di gunakan oleh guru untuk meneliti siswa-siswanya. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat dan kasusu yang dipelajari berupa program, peristiwa atau individu.
a.       Pengertian Studi Kasus
Menurut Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994:236), studi kasus tidak selalu menggunakan pendekatan kualitatif, ada beberapa studi kasus yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Stake, dalam membahas studi kasus, akan menekankan pendekatan kualitatif, bersifat naturalistik, berbasis pada budaya dan minat fenomenologi. Studi kasus bukan merupakan pilihan metodologi, tetapi pilihan masalah yang bersifat khusus untuk dipelajari. Terdapat contoh masalah yang dapat bersifat kuantitatif, misalnya; anak yang sakit, dokter mempelajari anak yang sakit dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif, walaupun catatan dokter lebih bersifat kuantitatif ketimbang kualitatif. Contoh lain studi tentang anak yang diabaikan (neglected child) dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif, walaupun catatan pekerja sosial lebih bersifat kualitatif ketimbang kuantitatif. Sebagai suatu bentuk penelitian, pemilihan studi kasus lebih ditentukan oleh ketertarikan pada kasus-kasus yang bersifat individual, bukan oleh pemilihan penggunaan metode penelitian. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan Stake sebagai berikut: “Some case studies are qualitative studies, some are not. In this chapter I will concentrate on case studies where qualitative inquiry dominates, with strong naturalistic, holistic, cultural, phenomenological interests. Case study is not a methodological choice, but a choice of object to be studied. We could study it in many ways. The physician studies the child because the child is ill. The child’s symptoms are both qualitative and quantitative. The physician’s record is more quantitative than qualitative. The social worker studies the child because the child is neglected. The symptoms of neglect are both qualitative and quantitative. The formal record the social worker keeps in more qualitative than quantitative. In many professional and practical fields, cases are studied and recorded. As a form of research, case study is defined by interest in individual cases, not by methods of inquiry used.”
Selanjutnya, Stake menjelaskan bahwa nama studi kasus ditekankan oleh beberapa peneliti karena memokuskan tentang apa yang dapat dipelajari secara khusus pada kasus tunggal. Penekanan studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan generalisasi. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan Stake sebagai berikut: “The name case study is emphasized by some of us because it draws attention to the question of what specifically can be learned from the single case. That epistemological question is the driving question of this chapter: What can be learned from the single case? I will emphasize designing the study to optimize understanding of the case rather than generalization beyond.”
Lebih lanjut, Stake menjelaskan tentang identifikasi kasus bahwa kasus dapat bersifat sederhana tetapi dapat juga bersifat kompleks. Kasus dapat bersifat tunggal misalnya hanya terkait dengan seorang anak, atau banyak misalnya satu kelas, atau bersifat kompleks misalnya kaum profesional yang mempelajari anak dalam masa kanak-kanak. Waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari dapat pendek atau panjang, tergantung waktu untuk berkonsentrasi. Setelah menentukan mempelajari suatu kasus, peneliti seyogyanya terlibat secara mendalam pada kasus tersebut. Hal ini dpat dibaca penjelasan Stake sebagai berikut: “A case may be simple or complex. It may be a child or a classroom of children or a mobilization of professionals to study a childhood condition. It is one among others. In any given study, we will concentrating our inquiry on the one may be long or short, but while we so consentrate, we are engaged in case study.”
Selanjutnya, Stake menjelaskan bahwa apabila ingin mempelajari suatu kasus, tidak mungkin memahami secara mendalam tanpa mengetahui tentang kasus-kasus lain. Tetapi apabila sumber daya terbatas, maka lebih baik hanya berkonsentrasi memahami kompleksitas satu kasus saja tanpa harus melakukan perbandingan antar kasus-kasus tersebut. Apabila mempelajari lebih dari satu kasus, maka sebaiknya penelitian berkonsentrasi pada kasus tunggal. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan Stake sebagai berikut: “Ultimately we may be more interested in phenomenon or population of cases than in the individual case. We cannot understand this case without knowing about other cases. But while we are studying it, our meager resources are concentrated on trying to understand its complexities. For the while, we probably will not study comparison cases. We may simultaneously carry on more one case study, but each case study is concentrated inquiry into a single case.”
Stake mengidentifikasikan adanya 3 (tiga) tipe studi kasus. Yang pertama disebut studi kasus intrinsik, yaitu studi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari kasus yang khusus, hal ini disebabkan karena seluruh kekhususan dan keluarbiasaan kasus itu sendiri menarik perhatian. Tujuan studi kasus intrinsik bukan untuk memahami suatu konstruksi abstrak atau konstruksi fenomena umum seperti kemampuan membaca (literacy), penggunaan obat-obatan oleh remaja atau apa yang harus dilakukan oleh kepala sekolah. Tujuannya bukan untuk membangun teori, meskipun pada waktu lain peneliti mungkin mengerjakan hal tersebut. Studi dilakukan karena ada minat intrinsik di dalamnya, sebagai contoh anak luar biasa, konferensi, klinik, atau kurikulum. Apa yang dikemukakan ini dapat dilihat dari dengan penjelasan Stake sebagai berikut: “Different researchers have different purposes for studying cases. To keep such differences in mind, I find it useful to identify three types of study. In what we may call intrinsic case study, study is undertaken because one wants better understanding of its particular case. It is not undertaken primarily because the case represents other cases or illustrates a particular trait or problem, but because, in all its particularity and ordinariness, this case itself is of interest. The researcher temporarily subordinates other curiosities so that case may reveal its story. The purpose is not to come to understand some abstract constructs or generic phenomenon, such as literacy or teenage drug use or what a school principal does. The purpose is not theory building – though at other times the researcher may do just that. Study is undertaken because of intrinsic interest in, for example, this particular child, clinic conference or curriculum.”
Studi kasus yang kedua disebut studi kasus instrumental (instrumental case study), adalah kasus khusus yang diuji untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah (issue) atau untuk memperbaiki teori yang telah ada. Walaupun studi kasus ini kurang diminati, ia memainkan peran yang mendukung, memasilitasi pemahaman terhadap sesuatu yang lain (minat eksternal). Kasusnya dilihat secara mendalam, dan konteksnya diteliti secara cermat, aktivitas-aktivitas untuk mendalami kasus tersebut dilakukan secara rinci, karena kasus ini membantu pemahaman tentang ketertarikan dari luar (minat eksternal). Dasar pemilihan mendalami kasus ini dikarenakan kasus ini diharapkan dapat memperluas pemahaman peneliti tentang minat lainnya. Hal ini disebabkan karena para peneliti bersama-sama mempunyai beberapa minat yang selalu berubah-ubah yang tidak membedakan studi kasus intrinsik dari studi kasus instrumental dan bertujuan memadukan keterpisahan di antara keduanya. Hal ini dapat dibaca dalam penjelasan Stake sebagai berikut: “In what we may call instrumental case study, a particular case is examined to provide insight into an issue or refinement of theory. The case of secondary interest; it plays a supportive role, facilitating our understanding of something else. The case is often looked at in depth, its contexts scrutinized, its ordinary activities detailed, but because this helps us pursue the external interest. The case may be seen as typical of other cases or not. (I will discuss the small importance of typicality later.) The choice of case is made because it is expected to advance our understanding of that other interest. Because we simultaneously have several interests, often changing, there is no line distinguishing intrinsic case study from instrumental; rather, a zone of combined purpose separates them.”
Studi kasus ketiga adalah studi kasus kolektif (collective case study), yaitu penelitian terhadap gabungan kasus-kasus dengan maksud meneliti fenomena, populasi, atau kondisi umum. Ini bukan merupakan kumpulan studi instrumental yang diperluas pada beberapa kasus. Studi kasus kolektif memerlukan kasus-kasus individual dalam kumpulan kasus-kasus diketahui lebih dahulu untuk mendapatkan karakteristik umum. Kasus-kasus individual dalam kumpulan kasus-kasus tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama atau berbeda, masing-masing mempunyai kelebihan dan bervariasi. Kasus-kasus tersebut dipilih karena dipercaya bila memahami kasus-kasus tersebut akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik, penyusunan teori yang lebih baik tentang kumpulan kasus-kasus yang lebih luas. Hal ini dapat dibaca pada penjelasan Stake sebagai berikut: “With even less interest in one particular case, researchers may study a number of cases jointly in order to inquire into the phenomenon, population, or general condition. We might call this collective case study. It is not the study of collective but instrumental study extended to several cases. Individual cases in the collection may or may not be known in advance to manifest the common characteristic. They may be similar or dissimilar, redundancy and variety each having voice. They are chosen because it is believed that understanding them will lead to better understanding, perhaps better theoritizing, about a still larger collection of cases.”
Selanjutnya mengenai studi kekhususan, Stake menjelaskan bahwa peneliti kasus mencari tahu tentang apa yang bersifat umum dan apa yang bersifat khusus dari kasus tersebut, tetapi hasil akhir dari kasus tersebut biasanya menampilkan sesuatu yang unik. Keunikan tersebut mungkin meresap dan meluas kepada:
        Hakikat suatu kasus
        Latar belakang sejarah kasus tersebut
        Latar (setting) fisik
        Konteks-konteks lainnya, termasuk ekonomi, politik, hukum, dan estetika
        Kasus lainnya bilamana kasus tersebut berkaitan dengan kasus yang dipelajari
        Informan-informan dipilih dari orang-orang yang mengetahui kasus ini
Untuk mempelajari kekhususan suatu kasus, keseluruhan data tersebut harus dikumpulkan.
Keunikan, kekhususan dan perbedaan tidak disukai secara meluas. Studi kasus dirugikan oleh orang-orang yang kurang menghargai kekhususan. Banyak ahli ilmu pengetahuan sosial telah menulis tentang studi kasus, seolah-olah studi kasus khusus tidak sepenting studi kasus lainnya yang diarahkan guna menghasilkan generalisasi. Studi kasus dianggap merupakan tipifikasi dari kasus-kasus lainnya sebagai eksplorasi yang mengawali studi-studi yang dapat menghasilkan generalisasi, atau hanya merupakan suatu langkah awal dalam membangun teori. Jadi studi kasus kurang dihargai sebagai studi intrinsik yang bernilai kekhususan seperti biografi, studi mandiri kelembagaan, program evaluasi, praktek terapi dan banyak macam pekerjaan. Hal ini dapat dibaca dalam penjelasan Stake sebagai berikut: “Case researchers seek out both what is common and what is particular about the case, but the end result regularly presents something unique (Stouffer, 1941). Uniqueness is likely to be pervasive, extending to
        The nature of the case
        Its historical background
        The physical setting
        Other contexts, including economic, political, legal and aesthetic
        Other cases trough which this case is recognized
        Those informants through whom the case can be known
      To study the case, many researchers will gather data on all the above.
                  Uniqueness, particulary, diversity is not universally loved. Case study methodology has suffered somewhat because it has sometimes been presented by people who have a lesser regard for study of the particular (Denzin, 1981; Glaser & Strauss, 1967; Herriott & Firestone, 1983; Yin, 1984). Many social scientists have written about case study as if intrinsic study of a particular case is not as important as studies to obtain generalizations pertaining to a population of cases. They have emphasized case study as typification of other cases, as exploration leading to generalization producing studies, or as an occasional early step in theory building. Thus, by these respected authorities, case study method has been little honored as in the intrinsic study of a valued particular, as its generally in biography, institutional self study, program evaluation, therapeutic practice, and many lines of work….”
Dari pandangan-pandangan Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994:236-238) tersebut dapat disimpulkan tentang studi kasus dan ciri-cirinya sebagai berikut: Studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Dalam buku yang penulis susun ini lebih ditekankan pendekatan kualitatif.

b.      Ciri-ciri studi kasus
Ciri-ciri studi kasus adalah sebagai berikut:
1)      Studi kasus bukan suatu metodologi penelitian, tetapi suatu bentuk studi (penelitian) tentang masalah yang khusus (particular).
2)      Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal (ditujukan perorangan /individual) atau suatu kelompok, misalnya suatu kelas, kelompok profesional, dan lain-lain.
3)      Masalah yang dipelajari atau diteliti dapat bersifat sederhana atau kompleks. Masalah yang sederhana misalnya anak yang mengalami penyimpangan perilaku. Masalah yang kompleks misalnya suatu periode (masa) kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, hal-hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, hal-hal yang menyebabkan skizofrenia, dll.
4)      Tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman yang mendalam tentang suatu kasus, atau dapat dikatakan untuk mendapatkan verstehen bukan sekedar erklaren (deskripsi suatu fenomena).
5)      Studi kasus tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi, walaupun studi dapat dilakukan terhadap beberapa kasus. Studi yang dilakukan terhadap beberapa kasus bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, sehingga pemahaman yang dihasilkan terhadap satu kasus yang dipelajari lebih mendalam.
6)      Terdapat 3 (tiga) macam tipe studi kasus, yaitu:
a)      Studi kasus intrinsik (intrinsic case study), apabila kasus yang dipelajari secara mendalam mengandung hal-hal yang menarik untuk dipelajari berasal dari kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat intrinsik (intrinsic interest).
b)      Studi kasus intrumental (intrumental case study), apabila kasus yang dipelajari secara mendalam karena hasilnya akan dipergunakan untuk memperbaiki atau menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk menyusun teori baru. Hal ini dapat dikatakan studi kasus instrumental, minat untuk mempelajarinya berada di luar kasusnya atau minat eksternal (external interest).
c)      Studi kasus kolektif (collective case study), apabila kasus yang dipelajari secara mendalam merupakan beberapa (kelompok) kasus, walaupun masing-masing kasus individual dalam kelompok itu dipelajari, dengan maksud untuk mendapatkan karakteristik umum, karena setiap kasus mempunyai ciri tersendiri yang bervariasi.
7)      Hal-hal umum juga dipelajari dalam studi kasus, tetapi fokusnya terarah pada hal yang khusus atau unik. Untuk mendapatkan hal-hal yang unik dari data-data sebagaimana tersebut di bawah ini, harus dikumpulkan dan dianalisis, yaitu:
a)      Hakikat (the nature) kasus
b)      Latar belakang sejarah kasus
c)      Latar (setting) fisik
d)     Konteks dengan bidang lain; ekonomi, politik, hukum, dan estetika
e)      Mempelajari kasus-kasus lain yang berkaitan dengan kasus yang dipelajari
f)       Informan-informan yang dipilih adalah orang-orang yang mengetahui kasus ini

Untuk memperdalam wawasan pembaca, berikut ini akan dikemukakan tulisan Baedhowi (2001:94) yang mengacu pada Yin (1981) tentang perbedaan studi kasus intrinsik dengan studi kasus instrumental dan studi kasus kolektif sebagai berikut: “Intrinsic case study dilakukan untuk memahami secara lebih baik tentang suatu kasus tertentu. Jadi studi terhadap kasus ini karena peneliti ingin mengetahui secara intrinsik mengenai fenomena, keteraturan, dan kekhususan dari suatu kasus, bukan alasan eksternal lainnya. Sebaliknya, instrumental case study merupakan studi terhadap kasus untuk alasan eksternal, bukan karena kita ingin mengetahui tentang hakekat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebuah instrumen untuk memahami hal lain di luar kasus, misalnya dalam membuktikan sebuah teori yang sebelumnya sudah ada. Sedangkan collective case study dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi terhadap fenomena atau populasi dari kasus-kasus tersebut. Jadi, jenis studi kasus ke-tiga ini ingin membentuk sebuah teori berdasarkan persamaan dan keteraturan yang didapat dari setiap kasus yang diselidiki.”

c.       Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus
1)      Kelebihan Studi Kasus
a)      Studi kasus mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik dan hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural.
b)      Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif yang sangat ketat.
2)      Kelemahan Studi Kasus
      Dari kacamata penelitian kuantitatif, studi kasus dipersoalkan dari segi validitas, reliabilitas dan generalisasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk mencari generalisasi.

C.    STUDI DOKUMEN/TEKS (DOCUMENT STUDY)
      Studi dokumen atau teks merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan  tertulis berdasarkan  konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan. Para pendidik menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah teks, atau untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari sebuah teks.
      Penlitian ini dapat pula kita lakukan di bidang pendidikan, misalnya mengkaji kurikulum sekolah, RPP, dan berkas-berkas yang ada di sekolah tersebut. Keadaan siswa setiap semester pun dapat dilihat melalui studi dokumen ini.

D.    PENGAMATAN ALAMI (NATURAL OBSERVATION)
      Pengamatan alami merupakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya. Tujuan utamanya ialah untuk mengamati dan memahami perilaku seseorang atau kelompok orang dalam situasi tertentu. Misalnya, bagaimana perilaku seseorang ketika dia berada kelompok diskusi yang anggota berasal dari latar sosial yang berbeda-beda. Dan, bagaimana pula perilaku dia jika  berada dalam kelompok yang homogen. Peneliti menggunakan kamera tersembunyi atau isntrumen lain yang sama sekali tidak diketahui oleh orang yang diamati (subjek).peneliti bisa mengamati sekelompok anak ketika bermain dengan teman-temannya untuk memahami perilaku interaksi sosial mereka.

E.     FENOMENOLOGI
      Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

F.     GROUNDED THEORY
      Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
EVALUASI
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar !
1.      Sebutkan jenis-jenis penelitian kualitatif ?
2.      Jelaskan pengertian jenis-jenis penelitian kualitatif menurut pendapat anda !
3.      Apa saja yang menjadi kelemahan dan kelebihan Study Kasus dalam penelitian Kualitatif ?
4.       Berikan contoh jenis peelitian etnografi yang ada di bidang pendidikan ?
5.      Carilah dan identifikasi 1 study kasus !

Baca juga tulisan menarik lainnya

Comments
20 Comments

20 komentar:

  1. Betul tu... haa camnie ler... simple and steady.
    .. walaupun simple tapi artikel berisi .. tahniah admin :)

    Feel free to surf to my site; Affiliate Malaysia

    BalasHapus
  2. Nyari materi tentang penelitian etnografi, eh tanpa sengaja nemu blog ini, ewako sidrap...

    Salam dari anak Palopo
    Keep happy blogging...

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam hangat dari kota beras untuk anak palopo sana...

      Hapus