Berita Terbaru :

Sabtu, 24 September 2011

“KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN”


A.   Pengertian
Untuk lebih mengenal atau mengetahui keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, mari kita simak ilustrasi berikut ini
Bu Nani, guru Kelas IV di SD Negeri Tidung pada suatu hari harus merangkap kelas V karena Bu Tini berhalangan hadir. Untuk mengajar kelas tersebut, secara medadak Bu Tini mendapat rencana. Kelas IV yang jumlahnya 22 orang dibaginy menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Udin dan Abdi disuruh bekerja sendiri karena mereka sangat cepat membaca. Kelompok dan anak yang bekerja sendiri disuruh membaca satu wacana secara singkat dan kemudian menjawab pertanyaan yang diberikan. Jika Udin dan Abdi sudah selesai mengerjakan tugasnya mereka diminta membantu kelompok yang belum selesai. Sementara Kelas IV bekerja. Bu Nani akan mengajar kelas , dan sewaktu-waktu pergi ke Kelas IV untuk membantu kelompok.
Ilustrasi di atas menggambarkan rencana mengajar kelompok kecil dan perorangan yang dibuat secara mendadak oleh Bu Nani. Jika Kita kaji ilustrasi tersebut dengan cermat. Kita akan melihat bahwa kelas IV dibagi menjadi 5 kelompok. Disamping itu, ada murid yang secara perorangan karena keduanya biasanya bekerja sangat  cepat. Jadi dalam waktu yang sama, Bu Nani akan memadu Murid yang belajar perorangan dan secara kelompok. Dengan demikian mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah belajar yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi kelompok kecil dan murid yang bekerja secara perorangan. Setiap kelompok dan perorangan mempunyai kesempatan untuk bertatap muka dengan guru.
Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara kelompok dan beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar secara perorangan. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia.
Adapun alasan-alasan perlu dikuasai guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut :
a.       Pada dasarnya murid mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda. Dalam pengajaran klasikal, guru memperlakukan murid dengan cara yang sama, sehingga perbedaan kemampuan dan cara belajar murid hampir tak pernah mendapat perhatian.
b.      Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan terjadinya hubungan antarpribadi yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan murid dan murid dengan murid.
c.       Kadang-kadang murid dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya atau dengan cara belajar bersama teman seperti mengerjakan tugas bersama dan bertukar pendapat.
d.      Kegiatan kelompok kecil memungkinkan murid terlihat lebih aktif falam belajar, sehingga tanggung jawab murid dalam belajar juga menjadi lebih besar.
e.       Sejalan dengan kegiatan kelompok kecil, kegiatan individual atau perorangan juga mempunyai berbagai kekurangan.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kemungkinan terjadinya hubungan interpersonal yang sehat antara guru dengan siswa, terjadinya proses saling belajar antara siswa yang satu dengan lainnya, memudahkan guru dalam memantau pemerolehan belajar siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat menumbuhkembangkan semangat saling membantu, serta memungkinkan guru dapat mencurahkan perhatiannya pada cara belajar siswa tertentu sehingga dapat menemukan cara pendekatan belajar yang sesuai bagi siswa tersebut.
B.   Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan Terdiri Dari:
a)      Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi,
Menerapkan pendekatan perorangan dan kelompok kecil di dalam pembelajaran, butuh pemahaman dan kepekaam guru terhadap siswa secara pribadi, mengenal karakter dan kebutuhan anak dalam belajar. Guru juga harus memiliki keterampilan khusus melakukan pendekatan psikologis akan menciptakan suasana keakraban antara siswa dan guru. Suasana tersebut diciptakan antara lain dengan cara:
1.      Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa, baik secara perorangan maupun dalam kelompok kecil.
2.      Mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
3.      Merespon secara positif pendapat siswa,
4.      Membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
5.      Menunjukkan kesiapan untuk membantu,
6.      Menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
7.      Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
b)      Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran,
Pendekatan pembelajaran kelompok kecil membutuhkan keterampilan guru sebagai organisator yang menata dan mengatur pembagian anggota kelompoktugas didalam kelompok, aktivitas kelompok, aturan-aturan, hubungan antar anggota, menyediakan alat, mengatur tempat, menyediakan waktu yang cukup, dan lain-lain. Dalam hal ini guru juga bertugas memonitor aktivitas setiap anak dan setiap kelompok kecil selama kegiatan berlangsung.
Agar dapat melaksanakan tugas sebagai organisator dan monitoring pembelajaran tersebut, dibutuhkan keterampilan dengan cara:
1.      Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
2.      Memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
3.      Membentuk kelompok yang tepat,
4.      Mengkoordinasikan kegiatan,
5.      Membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta
6.      Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.
Hal ini sekaligus merupakan pembelajaran terhadap sesama. Berbagai kegiatan diatas sangat penting bagi guru agar dapat menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kelompok kecil secara efektif, serta menciptakan lingkungan dan sumber belajar yang efektif bagi siswa.
c)      Keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar
Tujuan utama pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan perorangan dan kelompok kecil adalah menciptakan sebuah pembelajran efektif, yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa baik secara perorangan maupun secara kelompok dalam proses pembelajaran. Target tersebut akan tercapai apabila guru memiliki keterampilan berikut :
1.      Memberi penguatan secara tepat,
2.      Melaksanakan supervisi proses awal,
3.      Melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
4.      Melaksanakan supervisi pemaduan.
d)     Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
1.      Membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
2.      Merancang kegiatan belajar,
3.      Bertindak sebagai penasihat siswa, serta
4.      Membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri
C.   Variasi pengorganisasian
Penggunaan variasi pengorganisasian dimaksudkan agar murid terhindar dari perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul. Variasi penggorganisasian merupakan keterampilan guru dalam menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan atau kejenuhan dan menimbulkan minat, gairah, aktivitas belajar yang efektif.
Variasi pengorganisasian mencakup penggunaan pola interaksi multiarah artinya antara guru dengan murid, murid dengan gur atau murid dengan murid. Variasi pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, daan variasi pemanfaatan sumber belajar.
a.       Variasi pengelompokan siswa
Dalam pembelajaran kelas rangkap, keaaktifan kelompok merupakan salah satu kunci keberhasilan belajar siswa. Agar guru dapat mengaktifkan kelompok sebaiknya memahami prinsip-prinsip dasar pembelajaran kelas rangkap.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap pengelompokan siswa merupakan suatu keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokan belajar siswa ini terdapat beberapa variasi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan, yaitu :
1.      Pengelompokan murid berdasarkan kelasnya
2.      Pengelompokan murid berdaasarkan kesamaan kemampuan
3.      Pengelompokan murid berdasarkan kemampuan campuran
4.      Pengelonmpokan berdasarkan kompatibilitas murid.
5.      Pengelompokan murid berdasarkan kompatibilitas murid
6.      Pengelompokan murid sesuai kebutuhan pembelajaran.
b.      Variasi penataan ruang
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih kompleks daripada PKR dalam 2 atau 3 ruangan. Untuk yang dilaksanakan dalam 2 atau 3 ruangan, penataan ruangan dalam hal ini tempatm duduk murid dan papan tulis diatur atas dasar kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir kedua atau ketiga ruangan tersebut.
c.       Variasi sumber belajar
Sumber belajar mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyrakat, kepustakaan dan hasil kebudayaan yang berpotensi member infomasi kepada siswa dalam belajar. berbagai sumber belajar tersebut sebaiknya digunakan secara bervariasi dalam pembelajaran rangkap, sehingga tetap terjaga kegairahan dan motivasi belajar siswa.
d.      Variasi model implementasi
Model 1. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan informasi dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain yang dianggap perlu. Dalam model 1 ini setelah pertemuan kelas, murid diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja secara perorangan.
Model 2. Pertama diawali dengan pengarahan atau penjelasan secara klasikal tentang materi, tugas, serta cara yang digunakan. Setelah itu langsung bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 3. Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal, setelah itu murid langsung bekerja secara perorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 4. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau tugas yang akan dilaksanakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan.
D.   Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam Mengajar Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
a.       Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual Murid SD secara individual berbeda dalam banyak hal. Perbedaan tersebut antara lain: berbeda dalam kemampuan berpikir, karakteristik, berbeda secra emosional, berbeda daya tangkapnya, bakat, maupun minatnya. Guru yang baik akan memberikan layanan secara khusus kepada murid yang agak lambat menangkap materi pelajran.  Demikian dalam menghadapi perbedaan individual dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok kecil. Misalnya siswa yang berkemampuan kurang dijadikan satu kelompok, atau siswa yang tampak agresif jadi satu kelompok, kemudian diberikan layanan bimbingan belajar secara khusus.
b.      Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid Dalam pembelajaran kelas rangkap perlu memperhatikan dan melayani kebutuhan murid. Murid berasal dari latar belakang keluarga yang tidak sama, serta lingkungan kehidupan yang tidak sama pula sehingga memiliki pengalaman hidup berbeda satu sama lain. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kebutuhan siswa. Seyogyanya guru memberikan layanan atau bimbingan belajar kepada murid sesuai dengan perbedaan keperluan yang dimilikinya. Contoh, jika dijumpai murid yang berkemampuan rendah maka perlu bimbingan secara perorangan dan tugas disesuaikan dengan kemampuan. Jika ada murid yang tidak memiliki buku cetak karena tidak mampu beli sedang yang lain memiliki, maka dapat dipinjami buku milik sekolah., atau teman lain diminta untuk bersedia bersama-sama.
c.       Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif . Hal ini yang diutamakan dalam pembelajaran, bukan bagaimana guru mengajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru mengajar agar murid melakukan tindak belajar secara aktif adan efektif. Unuk mengaktifkan dan mengefektifkan murid belajar dalam proses belajar mengajar, guru juga harus berusaha secara aktif memberikan bimbingan belajar. Tidak seperti yang dikonotasikan murid aktif guru pasif atau yang penting murid aktif sendiri sedang aktivitas guru tidak dipersoalkan . Contoh, saat guru memberi tugas, atau diskusi kelompok, guru selalu berada di tengah kelompok untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada murid dan memperhatikan kekompok atau murid yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas.
d.      Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasar adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek emosional, aspek moral, aspek bahasa, aspek social, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-kembangnya menjadi tanggung jawab guru disekolah. Aspek moral, emosional, social, dapat dilakukan melalui contoh teladan, cara atau pola asuh guru terhadap murid berupa tutur kata. Sedangkan aspek bahasa peran guru jelas sekali dalam proses belajar mengajar, yaitu penggunaan bahasa sesuai tingkat perkembangan murid maupun penggunaan bahasa yang baik dan benar. Tumbuh-kembang aspek fisik terutama dilakukan oleh guru pendidikan jasmani maupun oleh guru kelas melalui kegiatan-kegiatan lain seperti senam pagi, berbaris, kegiatan hari-hari besar dan sebagainya.
e.       Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok kecil dan perorangan. Bagi guru yang sudah biasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya dimulai dengan pengajaran kelompok, kemudian secara bertahap kepada pengajaran perorangan. Tidak semua topik  atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil maupun perorangan.   Hal-hal yang bersifat umum seperti pengarahan informasi umum sebaiknya diberikan dalam bentuk kelas besar. Contoh jika murid diminta untuk membuktikan bahwa titik didih air 100C melalui eksperimen maka sebaiknya dilakukan pembelajaran kelompok kecil atau perorangan, tetapi jika murid diminta untuk memahami sebuah konsep, prinsip, atau teori tentang tata surya maka akan efektif jika pembelajaran dilakukan secara klasikal.
f.       Langkah pengajaran kelmpok kecil dan perorangan Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi siswa, sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan dan diakhiri dengan kegiatan kulminasi yang dapat berupa rangkuman, pemantapan, atau laporan. Dalam pengajaran perorangan guru harus mengenal murid secara pribadi sehingga kondisi belajar dapat diatur. Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat dilakukan melalui paket belajar atau bahan yang telah disiapkan oleh guru. Contoh murid yang mengalami kesulitan soal matematika perlu diberikan bimbingan belajar secara perorangan. Sedangkan siswa yang tidak mengalami kesulitan diminta mengerjakan sendiri atau diperbolehkan bertanya pada teman.
g.      Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya Variasi pengorganisasian mencakup variasi pengelompokkan, variasi penataan ruang dan variasi sumber belajar. Ketiga variasi tersebut perlu dilakukan dalam pembelajaran kelas rangkap. Mengingat guru tidak dapat berperan dan mengontrol secara terus menerus terhadap  semua kelompok besar. Contoh siswa tidak selalu dalam kelompok yang sama tetapi sekali-kali diminta untuk memilih teman yang disukai untuk berada dalam kelompoknya.
Sumber buku kemampuan dasar mengajar karya edi soegito dan yuliani nurani

Baca juga tulisan menarik lainnya

Comments
13 Comments

13 komentar: