Pages

Kamis, 23 Mei 2013

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


1. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen-komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Joyce & weil (Rusman, 2010:132) mengemukakan bahwa “para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologi, sosiologi, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung”. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  Joyce, (Trianto 2007:5) Mengemukakan bahwa :
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,kurikulum dan lain-lain.

Setiap model pembelajaran mengarahkan ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Istilah model pembelajaran mempunyai makna lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.
Model Pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan prosedur. Kardi dan Nur (Trianto 2007:6) mengemukakan ciri-ciri tersebut adalah :
1. rasional teoritik logis yang disusun oleh pencipta atau   pengembangnya
2. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan pembelajaran yang akan dibalas )
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai


Berdasarkan pendapat tersebut, dikemukakan bahwa ciri dari model pembelajaran semuanya disusun dan dikembangkan hanya dari pencipta model tersebut. Ciri-ciri khusus model pembelajaran dijadikan pedoman oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dicanangkannya.

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Isjoni (2009:14) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis”. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Pada dasarnya, proses pembelajaran yang terjadi melibatkan siswa dari latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari warna kulit, agama bahkan dari tingkat kemampuan berpikir dan gaya belajar mereka. Untuk itu seorang guru harus pandai melihat perbedaan-perbedaan karakterisitik di setiap melakukan proses belajar mengajar. Johson, dkk (Miftahul Huda 2011:13) mengemukakan bahwa “Pengalaman pembelajaran kooperatif ternyata lebih diminati oleh siswa-siswa yang heterogen, siswa-siswa yang berasal dari kelompok etnik yang berbeda, baik yang cacat maupun noncacat”. Sedangkan Iskandar (2009:126) mengemukakan bahwa “pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”.
 Model pembelajaran kooperatif sangat membantu tugas dari seorang guru dalam menyampaikan materi yang akan dibawakan karena pembelajaran kooperatif mengharuskan melakukan interaksi antar teman sejawatnya untuk melakukan atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Secara historis pembelajaran kooperatif bermula dari paham konstruktivisme dimana siswa saling membantu dari awal untuk menemukan hingga memahami setiap materi-materi yang diberikan oleh guru.
Slavin (Iskandar 2009:126) mengemukakan bahwa :
Pembelajaran konstruktivis dalam pengajaran menerapkan model pembelajaran kooperatif secara ekstensif atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep–konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep - konsep tersebut.

Pembelajaran kooperatif dapat menguntungkan bagi siswa yang tingkat kemampuan rendah ataupun berprestasi rendah begitupun yang tingkat kemampuan tinggi atau berprestasi tinggi yang mengerjakan tugas akedemik bersama-sama. Mereka atau siswa yang berprestasi tinggi mengajari teman-temannya yang berprestasi yang lebih rendah, sehingga memberikan bantuan khusus dari sesama teman yang memiliki minat dan bahasa berorientasi kaum muda yang sama. Dalam prosesnya, mereka yang berprestasi lebih tinggi juga memperoleh hasil secara akademik karena bertindak sebagai tutor menuntut untuk berpikir lebih mendalam tentang hubungan di antara berbagai ide dalam subjek tertentu.
a. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Adalah benar bahwa dalam setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakannya. Menurut Lundgren (Isjoni,2009:16) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1) pebelajar dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka   "sehidup sepenanggungan; 2) pebelajar memiliki tanggung jawab terhadap pebelajar lainnya dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi ; 3) pebelajar haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama ; 4) pebelajar haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya; 5) pebelajar akan diberikan evaluasi atau penghargaan. yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok ; 6) pebelajar berbagi kepernimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya ; 7) pebelajar akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikemukakan bahwa ciri ciri atau karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1) kelompok dibentuk dari pebelajar yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
2) jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda,
3) pebelajar belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi,
4) penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.

b. Fase Model Pembelajaran Kooperatif
Fase pertama dalam pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya 6 (enam) fase. Pelajaran diawali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran disertai dengan memberikan motivasi kepada siswa. Pada Fase ini diikuti dengan penyampaian informasi, biasanya dalam bentuk materi (materi bacaan), selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim belajar. Pada fase ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir dalam model pembelajaran kooperatif adalah mempresentasikan hasil dari kerja kelompok atau evaluasi tentang materi yang telah dipelajari dan guru memberikan penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan oleh kelompok ataupun individu (Arnidah:2009). Kegiatan guru terhadap enam (6) fase  tersebut dapat diliihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan pembelajar
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi pebelajar Pembelajar menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi pebelajar belajar
Fase 2
Menyajikan informasi Pembelajar menyajikan informasi kepada pebelajar baik dengan peragaan atau teks
Fase 3
Mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok-kelompok belajar Pembelajar menjelaskan kepada pebelajar bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien
Fase 4
Membantu kerja kelompok dalam belajar Pembelajar membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase 5
Mengetes materi Pembelajar memberi tes materi pelajaran, atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka
Fase 6
Memberikan penghargaan Pembelajar memberikan cara-cara untuk menghargai baik penghargaan atas tingginya upaya kerjasama dalam proses belajar kelompok, maupun hasil belajar individu dan kelompok

Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa di samping membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik di antara siswa, juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.
c. Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran konvensional
Pembelajaran kooperatif dibuat untuk meningkatkan usaha partisipasi antar siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dalam sebuah kelompok dan memberikan kesempatan siswa berinteraksi sesama siswa yang berbeda suku, agama atau ras sekalipun. Dalam pembelajaran konvensional dikenal juga dengan adanya kelompok. Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan mendasar antar kelompok belajar kooperatif dengan belajar konvensional.
Menurut Abdulrrahman dan Bintaro, (Nurhinda Bakkidu 2010:158) bahwa perbedaan belajar kooperatif dengan belajar konvensional.
Tabel 2.2 Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan konvensional
Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru sering memberikan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga saling dapat mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering didorong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “enak-enak saja” di atas keberhasilan temannya yang dianggap “pemborong”
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guruatau kelompok dibiarkan memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
Keteramilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan, berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pengembangan dari pembelajaran konvensional. Pengembangan itu terlihat dari peran guru ketika berada dalam proses belajar mengajar. Perbedaan itu hanya terletak dari seorang guru dalam membawakan suatu model pembelajaran.
Perbedaan itu dapat dilihat dari kolom pertama pada tabel 2.2, berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan kurangnya peran dari seorang guru ketika guru melakukan atau membagi kelompok dalam proses pembelajaran. Secara konvensional, guru memberikan keleluasan pada satu siswa untuk mendominasi setiap kelompok. Namun, secara kooperatif, peran guru sangat diharapkan dalam pembagian kelompok.

5 komentar:

  1. Kelebihan n Kkkrangn

    BalasHapus
  2. Makasih ini ulasannya, sangat membantu...
    Mungkin minat blognya untuk dipasang iklan google adsense, saya siap membantu...

    BalasHapus