MASALAH ILMU
PENGETAHUAN
A.
ARTI ILMU PENGETAHUAN
Dalam “ilmu
pengetahuan” terdapat 2 kata yaitu “ilmu” dan “pengetahuan”. Keduanya memiliki
arti tersendiri dan berbeda atau biasa disebut “science dan knowledge”.
Knowledge (pengetahuan) mempunyai cakupan lebih luas dan umum sedangkan
science(ilmu) mempunyai cakupan yang lebih sempit dan khusus dalam arti
metodis, sistematis, dan ilmiah.
Dari beberapa
pengertian tersebut, nama yang lebih tepat “ilmu pengetahuan” daripada “ilmu”.
Jika dipilih sebagai nama, dikhawatirkan bisa terjebaj pada batasan-batasan
yang bersifat fisis, khusus, konkret, parsial dan karena itu praktis, pragmatis
dan positivistis. Padahal realitas sebagai objek yang harus diketahui adalah
tidak hanya terbatas pada hal-hal yang demikian itu. Disamping batasan fisis,
realitas juga terkandung di dalamnya sisi-sisi yang non-fisis, spiritus dan
kualitatif. Kecuali itu, di dalam diri relitas (objek) terkandung dua bagian
yaitu :
a.
Yang fisis, yang dapat dikenal melalui
penginderaan dan logika
b.
Yang spiritual, yang hanya bisa dikenal melalui
daya-daya intuisi dan supra rasional
Dibalik
istilah “ilmu pengetahuan” terkandung dua hal yang sama pentingnya bagi hidup
dan kehidupan manusia. Ilmu membentuk daya intelegensia
yang melahirkan adanya skill atau keterampilan, yang bisa mengkonsumsi
masalah-masalah atau kebutuhan keseharian (termasuk tujuan langsung). Sedangkan
pengetahuan membentuk daya moralitas keilmuan, yang kemudian melahirkan tingkah
laku dan perbuatan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang tercakup di dalam
tujuan akhir kehidupan manusia. Dengan nama ilmu pengetahuan diharapkan dapat
membuka pandangan dan wawasan yang luas, dalam arti tidak terbatas hanya kepada
objek-objek yang ada diluar diri manusia yaitu kenyataan objektif, atau hal-hal
yang bersifat empiric dan positif saja. Sehingga dengan demikian dapat
diharapkan terbentuk suatu kesadaran dan sikap ilmiah(science attitude).
Ada beberapa
point yang bersama-sama menentukan bagi adanya ilmu pengetahuan yaitu adanya
objek, metode, sistem, dan kebenaran.
B.
OBJEK ILMU PENGETAHUAN
Terlebih
dahulu kita harus memahami pengertian objek itu sendiri. Objek adalah sasaran
pokok atau tujuan penyelidikan keilmuan. Pada umumnya persoalan mengenai objek,
dikenal ada dua jenis yaitu objek materi dan objek forma.
Objek materi
adalah sasaran pokok penyelidikan berupa materi atau materi yang dihadirkan
dalam suatu pemikiran atau penelitian. Suatu objek materi baik yang non material
sebenarnya merupakan suatu substansi yang tidak begitu mudah untuk diketahui.
Karena didalamnya terkandung segi-segi yang secara kualitatif
bertingkat-tingkat dari yang konkret sampai ke tingkat abstrak. Dalam rangka
memperoleh pengetahuan yang benar dan pasti mengenai suatu objek, dengan
memepertimbangkan keterbatasan kemampuan akal pikiran manusia, maka perlu
dilakukan pembatasan-pembatasan. Selanjutnya deskripsi tentang objek forma
inilah yang kemudian akan menjelaskan pentingnya arti, posisi dan fungsi objek
di dalam ilmu pengetahuan. Dengan penentuan suatu objek forma, maka kajian ilmu
pengetahuan mengenai objek materinya menjadi berjenis, bersifat dan berebentuk
khusus, jelas dan konkret (real). Ilmu pengetahuan menurut objek formanya cenderung
berbeda-beda dan berjenis-jenis, bentuk dan sifatnya. Ada yang karena kajian materinya
berupa hal-hal yang fisis kebendaan dan ditinjau dari segi pandang (view point)
yang kuantitatif, maka lalu tergolong ke dalam ilmu pengetahuan fisika atau
yang sering dikenal sebagai ilmu pengetahuan alam. Objek forma mempunyai
kedudukan dan peranan yang mutlak menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan.
C.
METODE ILMU PENGETAHUAN
Metode adalah
cara-cara penyelidikan bersifat keilmuan, yang sering disebut metode ilmiah (science methods). Metode ini perlu,
agar tujuan keilmuan yang berupa kebenaran objektif dan dapat dibuktikan bisa
tercapai. Dengan metode ilmiah, kedudukan pengetahuan berubah menjadi ilmu
pengtahuan, menjadi lebih khusus dan dan terbatas lingupan studinya.
Untuk lebih
jelasnya metode adalah suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah, yang dipakai oleh suatu disiplin
untuk mencapai suatu tujuan. Jadi dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.
Sedangkan metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metode-metode,
aturan-aturan yang harus di pakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Jika
dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih bersifat umum
dan metode lebih bersifat khusus. Metode ilmiah yang dipergunakan mempunyai
latar belakang yaitu pengetahuan. Adapun keterkaitannya yaitu bersifat
kausalistik, yaitu bahwa jenis, bentuk dan sifat ruang lingkup dan tujuan
penyelidikan menentukan jenis, bentuk dan sifat metode.
Dengan adanya
latar belakang yang demikian itu, maka metode ilmiah juga cenderung bermacam-macam,
tergantung kepada watak bahan atau problem yang diselidiki. Diantara beberapa
jenis metode, metode observasi adalah yang paling sedikit dipakai oleh jenis
ilmu pengetahuan apapun. Observasi, tentu saja yang dimaksud adalah yang
bersifat ilmiah. Sehubungan Dengan metode observasi, pengamatan yang tepat dan
objektif adalah mutlak dalm ilmu pengetahuan.
Selanjutnya
mengenai metode trial and error. Metode ini sering dipakai sebagai dasar
penyusunan hipotesis. Karena sifatnya yang universal, metode ini kurang
dipergunakan secara populer oleh para ilmuan dalam kegiatan penelitian.
Agar pengamatan menjadi semakin teliti dan
menjamin kebutuhan akan objektivitas, maka metode eksperimen berperan penting.
Metode ini sering dipakai dalam sains. Misalnya untuk meningkatkan produksi
daging, mengganti factor makanan jenis lain sementara factor-faktor lain
dibiarkan tetap. Metode statistik, dewasa ini lazim dipergunakan di dalam ilmu
pengetahuan pada umumnya. Dengan metode statistik, akan memperkuat daya prediksi,
bisa menjelaskan sebab akibat terjadinya sesuatu, dapat menggambarkan suatu
caontoh fenomena dan sebagainya.
Dalam metode
sampling, hal yang penting didalamnya adalah bagaimana menentukan suatu contoh
yang tepat, sehingga dapat mewakili keseluruhan. Persoalannya adalah pada objek
yang sifatnya homogeny rupanya sampel dipilih secara acak pun (random) cukup
memberikan akurasi hasil. Tetapi pada objek yang heterogen, maka peneliti harus
hati-hati.
Metode ilmiah
juga memiliki keterbatasan yaitu pada hal-hal yang empirik (dapat dialami)
inderawi, karena itu hanya berlaku pada bidang-bidang yang fisis dan
kuantitatif saja. Masalah keterbatasan metode ilmiah yang demikian itu adalah
wajar, sebagai konsekuensi logis dari sudut pandang (objek forma), ruang
lingkup dan tujuan ilmu pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar