Berita Terbaru :

Minggu, 26 Mei 2013

USMAN BALO MEMILIKI 108 ISTRI, 26 ANAK, LEBIH 100 CUCU


H. Usman Balo

H. Oesman Balo adalah tokoh pejuang kemerdekaan berasal dari Sulawesi Selatan , meninggal dunia di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar dalam usia 88 tahun, Jumat (5/5/2006), setelah dirawat selama beberapa hari akibat penyakit asma. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Mario Rappang Sidrap. Saat menghembuskan napas terakhir di ruang ICU Rumah Sakit, almarhum didampingi tiga istrinya. Masing-masing Maraja, Hanisa dan istri terakhir Musbaria berusia 31 tahun.

NENE' MALLOMO CEDEKIAWAN DI SIDRAP





Nene’ Mallomo merupakan salah satu tokoh legenda (cendekiawan) di Sidenreng Rappang yang kemudian menjadi landmark Kabupaten Sidrap yang hidup di Kerajaan Sidenreng sekitar abad ke-16 M, pada masa pemerintahan La Patiroi, Addatuang Sidenreng.

SEJARAH KABUPATEN SIDRAP


Sebelum ditetapkan menjadi sebuah Kabupaten, Sidenreng Rappang atau yang lebih akrab disingkat SIDRAP, memiliki sejarah panjang sebagai kerajaan Bugis yang cukup disegani di Sulawesi Selatan sejak abad XIV, disamping Kerajaan Luwu, Bone, Gowa, Soppeng, dan Wajo.

MEMBUAT HOTSPOT DI LAPTOP SENDIRI DENGAN CONNECTIFY HOTSPOT

Connectify Hotspot PRO 5
Selamat pagi blogger!!!
Laptop anda menggunakan OS windows 7?? 
nah dalam OS windows 7 pengguna dimanjakan dengan adanya fasilitas untuk membagi jaringan. Namun, fasilitas tersebut hanya sebatas berbagi jaringan saja dan menjadikan laptop kita sebagai pusat hotspot saja. ada batasan bagi kita untuk tidak mengetahui siapa saja yang menggunakan hotspot kita sama seperti di warkop-warkop sekarang yang kebanyakan menyediakan layanan hotspot namun terkadang banyak pengunjungnya mengeluh karena layanan hotspotnya tidak dapat digunakan. apa yang menyebabkan hal tersebut??? Hal ini pernah saya alami di sekitar rumah saya di Pangkajene Sidrap, tepatnya di Warkop Bang Ali, Ternyata yang menyebabkan hal demikian adalah kebanyakan dari tetangga yang ada di sekitar warkop tersebut yang malah asyik menggunakannya sehinngga terjadi Limited network pada saat pengunjung warkop ingin menggunakannya. Dan lucunya ketika saya pernah mengadakan penelitian dan mengajar2 di SMPN 6 Pangsid dan saya menugaskan siswa saya untuk membuat blog, ada salah satu siswa yang sedang asyik mengobrol untuk mengerjakan tugas tersebut di sekitaran warkop Bang Ali itu. 

Nah, dalam mengatasi hal tersebut kita dapat menggunakan salah satu software yang bisa membuat hotspot di laptop dan dapat memutuskan pengguna/clien yang masuk adalah Connectifity hotspot. Dengan software ini sobat dapat melalkukan PEER to PEER atau transfer file dengan pengguna yang telah menggunakan hotspot sobat. Software ini support kok di windows vista, 7, 8 n XP.

Windows 7 ( both 32 and 64 bit versions )
Windows Vista 32-bit with SP2
Windows XP 32-bit with SP3
NB: Untuk yang tidak pernah update DRIVER,
PAstikan Driver Wirless terbaru, untuk menghindari hall yang tidak di inginkan
untuk setupnya simple kok. setelah selesai instal jangan lupa buka keygen lalu silahkan copy serialnya di layanan aktived serial number.

Langsung deh saya kasih link downlodnya. 

SILAHKAN DOWNLOD DISINI



semoga bermanfaat guys :)

Jumat, 24 Mei 2013

MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN



a.Multimedia
Ketika mendengar kata Multimedia, orang pasti akan membayangkan sesuatu yang dahsyat dan hebat, sesuatu yang berkaitan dengan komputer, dengan gambar diam atau bergerak, dengan suara yang bagus dan kaya, serta pengguna yang dapat ikut serta interaksi.
Suyatno (Binanto,2010:1) mengatakan bahwa “multimedia menjadi penting karena dapat dipakai sebagai alat persaingan antar perusahaan”. Disamping itu, pada abad ke-21 ini multimedia menjadi suatu keterampilan membaca. Sesungguhnya, multimedia pun mengubah hakikat membaca itu sendiri. Multimedia menjadikan kegiatan membaca itu dinamis dengan memberi dimensi baru pada kata-kata. Menurut Marshall (Binanto, 2010:1), berpendapat bahwa :
Sistem multimedia mempunyai 4 karakteristik dasar, yaitu (a) merupakan sistem yang dikontrol oleh komputer, (b) merupakan sebuah sistem yang terintegrasi (c) informasi yang ditangani direprentasikan secara digital, dan (d) antarmuka pada multimedia tampilan akhir biasanya bersifat interkatif.

Berdasarkan pendapat diatas pembuatan multimedia memang tidak mudah karena membutuhkan keahlian berkreasi, keahlian berkarya seni, alat bantu berteknologi tinggi, dan kemampuan dalam berorganisasi dan berbisnis. Selain komputer, alat bantu yang digunakan adalah perangkat lunak authoring.
b.Definisi Multimedia
Menurut Vaugan (Binanto, 2010:2), “multimedia merupakan kombinasi teks, seni, suara, gambar, animasi dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara interktif”. Selanjutnya Binanto (2010:3) menyatakan “ ada tiga jenis multimedia, yaitu (a) multimedia interaktif, (b) Multimedia hiperaktif, dan (c) multimedia linear”. Pendapat tersebut apabila diuraikan adalah sebagai berikut :
Multimedia Interktif
Pengguna dapat mengontrol apa dan kapan elemen-elemen multimedia akan dikirimkan atau ditampilkan.
Multimedia hiperaktif
Multimedia jenis ini mempunyai struktur dari elemen-elemen terkait dengan pengguna yang dapat mengarahkannya. Dapat dikatakan bahwa multimedia jenis ini mempunyai banyak tautan (link) yang menghubungkan elemen-elemen multimedia yang ada.
Multimedia Linear
Pengguna hanya menjadi penonton dan menikmati produk multimedia yang disajikan dari awal hingga akhir.

MEDIA PEMBELAJARAN


a. Pengertian
Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium  yang secara harafiah berarti pengantar atau perantara. Sehingga Sadiman (2007:6) menyatakan bahwa “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”.
Secara umum pengertian media menurut Hamalik (1995:10) "media adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai efisensi dan efektivitas kerja dengan hasil yang maksimal". Lebih lanjut dikemukakan Hamalik (1995:12) "media adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah".
Pendapat di atas menekankan media sebagai alat bantu dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Hal senada dikemukakan Sadiman (1990:6) "media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi". Sementara Djamarah (2002:37) mengemukakan "media adalah perantara atau pengantar".
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diperoleh suatu pengertian tentang media sebagai suatu bentuk perantara yang dipakai orang dalam menyebar ide atau gagasan, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima yang pada akhirnya akan memperluas kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar atau melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu yang hampir tak terbatas lagi yang digunakan dalam pembelajaran sehingga dinamakan media pembelajaran. Sadiman (1996: 6) mengemukakan:
"Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, kurikulum dan minat serta perhatian murid sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi".
Lain halnya Miarso (Rohman, 2009:179) memandang “media secara luas/makro dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik”.
Mengacu pada pendapat di atas, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan berupa materi pelajaran dari sumber kepada penerima dalam kegiatan pembelajaran sehingga terjadi kegiatan komunikasi secara timbal balik yang dapat merubah pola pikir ke arah perilaku indikator dan hasil belajar yang dikehendaki oleh kurikulum atau tuntutan materi pelajaran.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Peranan media pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Sangatlah sulit materi pelajaran tersampaikan dengan baik tanpa melalui media pembelajaran yang tepat. Secara umum Hamalik (Sadiman, 2006:17)  menyatakan :
Manfaat media pembelajaran adalah (a) berfikir konkret, (b) memperbesar perhatian siswa, (c) dasar perkembangan belajar, (d) memberikan pengalaman nyata, (e) mengarahkan siswa, (f) menumbuhkan kemampuan berbahasa, (g) menumbuhkan motivasi belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, media merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran. Adapun secara rinci manfaat media yaitu :
a. Berfikir konkret yaitu meletakkan dasar-dasar pemikiran yang nyata dan mengurangi verbalisme;
b. Memperbesar perhatian siswa yaitu dengan adanya media siswa lebih berkonsentrasi pada pembelajaran dan siswa lebih focus dalam belajar; 
c. Dasar perkembangan belajar yaitu meletakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar, membuat pelajaran lebih berkesan, sehingga siswa lebih mengerti materi pelajaran; 
d. Memberikan pengalaman nyata yaitu dapat menumbuhkan kegiatan berusaha dikalangan siswa, karena dengan penggunaan media pembelajaran siswa juga bisa turut berpartisipasi dalam mencari materi yang diberikan;
e. Mengarahkan siswa yaitu menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama dalam gambar hidup;
f. Menumbuhkan kemampuan berbahsa yaitu dengan penggunaan dapat membantu tumbuhnya pengertian atau perkembangan kemampuan berbahasa;
g. Menumbuhkan motivasi belajar yaitu dengan penggunaan media pembelajaran siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lisan serta membantu berkembangnya efesiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Demikian banyak bentuk dan macam media pembelajaran, akan tetapi yang terpenting adalah pemilihan bentuk dan macam media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, ketersediaan sarana dan prasarana di tempat terjadinya proses pembelajaran.
Secara terinci Sadharta (Rohman, 2009:178) menyatakan bahwa “terdapat sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang dirumuskan dalam satu kata “ACTION”, akronim dari access, cost, technology, interactivity, organization dan novelty”. Adapun uraian dari kata “ACTION” adalah sebagai berikut :
a. Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh siswa?.
b. Cost
Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak media yang canggih biasanya mahal, kita harus mempertimbangkan aspek manfaatnya media tersebut.
c. Technology
Mungkin kita tertarik pada suatu media tertentu, kita harus memperhatikan apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya?.
d. Interactivity
Media yang kita kembangkan hendaknya dapat memunculkan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa.
e. Organization
Perlu dipertimbangkan apakah pimpinan sekolah atau pimpinan lembaga atau yayasan mendukung?.
f. Novelty
Biasanya media yang baru lebih menarik bagi siswa sehingga kebaruan suatu media hendaknya juga menjadi
pertimbangan pemilihan suatu media.
Selanjutnya Sadiman (2006:83) menyatakan “pemilihan media pembelajaran harus melihat komponen perencanaan pembelajaran yaitu (a) tujuan, (b) materi pelajaran, (c) metode, (d) evaluasi dan (f) siswa”. Hal ini apabila diuraikan dalam pemilihan media yaitu sebagai berikut :
a. Tujuan
Media pembelajaran hendaknya sesuai dan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Materi pembelajaran
Materi yang dipilih hendaknya relevan dan tidak out of date.
c. Metode atau pendekatan
Sebagai contoh : Pemilihan media demonstrasi akan lebih banyak memerlukan media daripada metode
ceramah.
d. Evaluasi
Sebetulnya evaluasi mengukur keberhasilan tujuan. Oleh karena itu media yang dipilih selain mengacu pada  tujuan terkait juga pada evaluasi yang digunakan.
e. Siswa
Pemilihan media pembelajaran perlu disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa, yaitu disesuaikan
dengan kemampuan siswa dalam hal membaca, mendengar dan melihat.
Berdasarkan di atas seluruh kegiatan pembelajaran diserahkan sepenuhnya kepada guru yang bertugas
mengelola proses pembelajaran di sekolah untuk senantiasa dapat menggunakan media pembelajaran dalam usahanya menjadi guru profesional.
Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan inti dalam rangkaian pembelajaran mengingat pembelajaran memiliki tahapan-tahapan, yaitu: pra instruksional, kegiatan instruksional, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Dalam proses pembelajaran, maka pada dasarnya merupakan suatu proses komunikasi di mana komunikasi baru akan terjadi bila ada sumber yang memberi pesan, dan ada penerima pesan. Agar pesan yang disampaikan oleh sumber pesan atau pemberi pesan tadi bisa tiba pada penerima pesan, maka dibutuhkan adanya wadah yang disebut media.
Media ini juga biasa disebut saluran (channel). Biasanya dalam suatu proses komunikasi, walaupun pesan atau informasi sudah diberikan oleh sumber dan ditujukan kepada penerima melalui media, akan tetapi bila tidak ada umpan balik, maka proses komunikasi itu tidak sempurna. Hal ini disebabkan karena bila tidak ada umpan balik, maka pemberi pesan tidak mengetahui apakah isi pesannya itu diterima atau tidak, apalagi untuk mengerti dan mengetahui isi pesan.
Miarso (Roestiyah, 2008:27) mengemukakan fungsi media pembelajaran sebagai berikut :
Fungsi media pembelajaran adalah (a) membuat konkrit konsep yang abstrak, (b) membawa obyek yang berbahaya atau sukar di dapat dalam lingkungan belajar, (c) menampilkan obyek yang terlalu besar, (d) menampilan obyek yang tidak dapat diamati, (e) mengamati gerakan yang terlalu cepat, (f) memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan, (g) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa, (h) membangkitkan motivasi belajar, (i) memberi kesan individual untuk seluruh anggota kelompok, (j) menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu dan ruang dan (k) mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa media memiliki fungsi yang sangat luas dan penting, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan, yaitu digunakan guru dalam proses pembelajaran, walaupun dalam pengadaan dan pemanfaatannya senantiasa masih menghadapi berbagai kendala.
Perkembangan ICT juga semakin mengembangkan bentuk dan variasi media pembelajaran. Menurut Mayer (2009:15) “komputer yang digunakan dalam pembelajaran dapat memberikan manfaat, yakni saat digunakan komputer meningkatkan motivasi pembelajaran”. Para siswa akan menikmati kerja computer ini dan komputer memberikan tantangan di samping komputer menampilkan perpaduan antar teks, gambar (foto), film (video), animasi gerak, dan suara secara bersamaan maupun bergantian.
Sementara ini Bower dan Hilgard (Mayer, 2009:23) “berpendapat bahwa komputer bermanfaat besar dibandingkan dengan teknologi pendidikan lainnya karena mampu memberikan presentasi materi yang sangat fleksibel bagi pembelajar dan dapat mengikuti kemajuan sejumlah pembelajar dalam waktu yang sama”. Selanjutnya, menurut Woolfok (Mayer, 2009:24) ada sembilan keuntungan menggunakan komputer dalam pembelajaran, sebagai berikut :
Keuntungan menggunakan komputer yaitu (a) siswa dapat menyesuaikan dengan kecepatan belajarnya, (b) dapat melatih dengan sabar, (c) dapat dipakai untuk belajar sendiri, (d) dapat disajikan berbagai macam penginderaan, (e) dapat melakukan simulasi, (f) dapat dikembangkan pemecahan masalah, (g) dapat memberikan pujian untuk memperkuat prilaku dan (h) dapat membantu manajemen kelas dan sekolah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran berbasis komputer sangat berpengaruh dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti membuat media pembelajaran multimedia berupa animasi bumi dalam mata pelajaran geografi yang disebut juga digital globe. Dengan menggunakan media pembelajaran ini diharapkan : (1) Guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, sedangkan siswa dapat memahami materi dengan mudah, (2) Mengantisipasi kegagalan berkomunikasi, (3) Menciptakan atau memotivasi siswa untuk belajar, (4) menggugah perhatian siswa, dan (5) Agar materi yang disampaikan dari kelas yang satu ke kelas yang lain dapat mendekati sama atau minimal sama.    
Berdasarkan pendapat di atas, betapa pentingnya sebuah media pembelajaran dalam menunjang proses pembelajaran. Kedudukan komponen media pembelajaran dalam sistem proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab, tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini media dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami.

Kamis, 23 Mei 2013

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


1. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen-komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Joyce & weil (Rusman, 2010:132) mengemukakan bahwa “para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologi, sosiologi, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung”. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  Joyce, (Trianto 2007:5) Mengemukakan bahwa :
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,kurikulum dan lain-lain.

Setiap model pembelajaran mengarahkan ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Istilah model pembelajaran mempunyai makna lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.
Model Pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan prosedur. Kardi dan Nur (Trianto 2007:6) mengemukakan ciri-ciri tersebut adalah :
1. rasional teoritik logis yang disusun oleh pencipta atau   pengembangnya
2. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan pembelajaran yang akan dibalas )
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai


Berdasarkan pendapat tersebut, dikemukakan bahwa ciri dari model pembelajaran semuanya disusun dan dikembangkan hanya dari pencipta model tersebut. Ciri-ciri khusus model pembelajaran dijadikan pedoman oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dicanangkannya.

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Isjoni (2009:14) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis”. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Pada dasarnya, proses pembelajaran yang terjadi melibatkan siswa dari latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari warna kulit, agama bahkan dari tingkat kemampuan berpikir dan gaya belajar mereka. Untuk itu seorang guru harus pandai melihat perbedaan-perbedaan karakterisitik di setiap melakukan proses belajar mengajar. Johson, dkk (Miftahul Huda 2011:13) mengemukakan bahwa “Pengalaman pembelajaran kooperatif ternyata lebih diminati oleh siswa-siswa yang heterogen, siswa-siswa yang berasal dari kelompok etnik yang berbeda, baik yang cacat maupun noncacat”. Sedangkan Iskandar (2009:126) mengemukakan bahwa “pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”.
 Model pembelajaran kooperatif sangat membantu tugas dari seorang guru dalam menyampaikan materi yang akan dibawakan karena pembelajaran kooperatif mengharuskan melakukan interaksi antar teman sejawatnya untuk melakukan atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Secara historis pembelajaran kooperatif bermula dari paham konstruktivisme dimana siswa saling membantu dari awal untuk menemukan hingga memahami setiap materi-materi yang diberikan oleh guru.
Slavin (Iskandar 2009:126) mengemukakan bahwa :
Pembelajaran konstruktivis dalam pengajaran menerapkan model pembelajaran kooperatif secara ekstensif atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep–konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep - konsep tersebut.

Pembelajaran kooperatif dapat menguntungkan bagi siswa yang tingkat kemampuan rendah ataupun berprestasi rendah begitupun yang tingkat kemampuan tinggi atau berprestasi tinggi yang mengerjakan tugas akedemik bersama-sama. Mereka atau siswa yang berprestasi tinggi mengajari teman-temannya yang berprestasi yang lebih rendah, sehingga memberikan bantuan khusus dari sesama teman yang memiliki minat dan bahasa berorientasi kaum muda yang sama. Dalam prosesnya, mereka yang berprestasi lebih tinggi juga memperoleh hasil secara akademik karena bertindak sebagai tutor menuntut untuk berpikir lebih mendalam tentang hubungan di antara berbagai ide dalam subjek tertentu.
a. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Adalah benar bahwa dalam setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakannya. Menurut Lundgren (Isjoni,2009:16) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1) pebelajar dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka   "sehidup sepenanggungan; 2) pebelajar memiliki tanggung jawab terhadap pebelajar lainnya dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi ; 3) pebelajar haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama ; 4) pebelajar haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya; 5) pebelajar akan diberikan evaluasi atau penghargaan. yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok ; 6) pebelajar berbagi kepernimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya ; 7) pebelajar akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikemukakan bahwa ciri ciri atau karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1) kelompok dibentuk dari pebelajar yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
2) jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda,
3) pebelajar belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi,
4) penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.

b. Fase Model Pembelajaran Kooperatif
Fase pertama dalam pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya 6 (enam) fase. Pelajaran diawali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran disertai dengan memberikan motivasi kepada siswa. Pada Fase ini diikuti dengan penyampaian informasi, biasanya dalam bentuk materi (materi bacaan), selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim belajar. Pada fase ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir dalam model pembelajaran kooperatif adalah mempresentasikan hasil dari kerja kelompok atau evaluasi tentang materi yang telah dipelajari dan guru memberikan penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan oleh kelompok ataupun individu (Arnidah:2009). Kegiatan guru terhadap enam (6) fase  tersebut dapat diliihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan pembelajar
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi pebelajar Pembelajar menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi pebelajar belajar
Fase 2
Menyajikan informasi Pembelajar menyajikan informasi kepada pebelajar baik dengan peragaan atau teks
Fase 3
Mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok-kelompok belajar Pembelajar menjelaskan kepada pebelajar bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien
Fase 4
Membantu kerja kelompok dalam belajar Pembelajar membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase 5
Mengetes materi Pembelajar memberi tes materi pelajaran, atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka
Fase 6
Memberikan penghargaan Pembelajar memberikan cara-cara untuk menghargai baik penghargaan atas tingginya upaya kerjasama dalam proses belajar kelompok, maupun hasil belajar individu dan kelompok

Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa di samping membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik di antara siswa, juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.
c. Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran konvensional
Pembelajaran kooperatif dibuat untuk meningkatkan usaha partisipasi antar siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dalam sebuah kelompok dan memberikan kesempatan siswa berinteraksi sesama siswa yang berbeda suku, agama atau ras sekalipun. Dalam pembelajaran konvensional dikenal juga dengan adanya kelompok. Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan mendasar antar kelompok belajar kooperatif dengan belajar konvensional.
Menurut Abdulrrahman dan Bintaro, (Nurhinda Bakkidu 2010:158) bahwa perbedaan belajar kooperatif dengan belajar konvensional.
Tabel 2.2 Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan konvensional
Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru sering memberikan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga saling dapat mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering didorong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “enak-enak saja” di atas keberhasilan temannya yang dianggap “pemborong”
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guruatau kelompok dibiarkan memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
Keteramilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan, berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pengembangan dari pembelajaran konvensional. Pengembangan itu terlihat dari peran guru ketika berada dalam proses belajar mengajar. Perbedaan itu hanya terletak dari seorang guru dalam membawakan suatu model pembelajaran.
Perbedaan itu dapat dilihat dari kolom pertama pada tabel 2.2, berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan kurangnya peran dari seorang guru ketika guru melakukan atau membagi kelompok dalam proses pembelajaran. Secara konvensional, guru memberikan keleluasan pada satu siswa untuk mendominasi setiap kelompok. Namun, secara kooperatif, peran guru sangat diharapkan dalam pembagian kelompok.